Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Marah Tanda Sayang

23 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 23 Juli 2021   16:37 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memperhatikan perilaku anak sebagai tanda sayang orang tua (sumber: freepik.com)

Lebih baik kau dimarahi daripada didiamkam
Marah bukan berarti tak sayang
Walaupun marah memang ada kalanya karena kesal
Marah sebagai pelampiasan emosi

Marah itu wajar  
Itu adalah ekspresi spontan
Suatu saat setiap kita bisa melakukan itu
Tapi marah itu juga harus jelas alasannya


Marah tanpa sebab
Marah kepada siapa saja
Marah yang tanpa bisa kontrol diri
Itu bisa jadi sumber penyakit

Marah tanda sayang

Adalah seperti peringatan kasih sayang orang tua kepada anak
Permintaan yang tidak sesuai
Permintaan yang justru membahayakan diri anak
Tentu orang tua tak akan meluluskan permintaan itu

Orang tua memarahi anak
Karena ia tahu akan ada risiko yang terjadi di depan
Orang tua sudah punya pengalaman
Ia tak ingin membuat anaknya menjadi celaka

Justru lebih bersyukur jika ada orang tua yang masih mau marah
Memberi nasihat dan peringatan
Memberikan teguran dan wejangan
Agar si anak dapat melihat sisi baik yang bisa dirasakannya kelak

Justru ketika orang tua diam atau mendiamkan saja
Ketika peringatan tak lagi digubris
Mereka membiarkan saja si anak melakukan sesuatu yang bisa membuatnya terluka
Itu malah lebih berisiko

Marah dalam diam
Biar si anak tahu sendiri akibatnya
Merasakan sesuatu yang bisa membuatnya sakit atau terluka
Akibat tak mau menuruti kata-kata

Marah itu biasa
Emosi wajar yang dimiliki setiap orang
Marahlah sewajarnya saja
Marahlah untuk kebaikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun