Judul di atas saya ambil dari tulisan seorang kawan di media sosialnya. Konteksnya adalah pemahaman bahwa kita sebaiknya 'melawan arus' terhadap banyaknya isi berita yang "jelek-jelek" itu.
Menulis indah bukan berarti menulis yang baik-baik saja. Justru terhadap hal yang tidak baik itulah, peran kita harusnya nampak. Bukan berarti mendiamkan atau malah jadi ikut-ikutan mengabarkan yang tidak-tidak.
Menulis yang indah tentu untuk membangkitkan semangat, memperbaiki kalau ada yang tidak tepat. Indah dalam arti yang memang baik, tidak memperkeruh suasana atau keadaan yang ada.
Â
Menulis Indah
Istilah "Menulis Indah" yang dipakai kawan itu mengingatkan kembali pada masa SD ketika ada pelajaran "Menulis Halus". Istilah lainnya menulis dengan "Huruf Tegak Bersambung". Berbahagialah buat yang pernah merasakan pengalaman ini.
Entah generasi milenial apakah juga ada pelajaran seperti ini? Sepertinya sudah tidak zamannya lagi, ya? Masuk SD sudah wajib bisa calistung (baca tulis menghitung). Kalau tidak, ya ketinggalan pelajaran.
Tapi mengapa ya, dulu ada pelajaran seperti ini? Bukunya saja sudah khusus. Ada cetakan tersediri. Kalau buku tulis biasa garisnya identik, sama, seragam lebarnya. Tapi kalau "Buku Halus" yang dipakai itu ukuran garisnya ada yang besar dan kecil. Ukuran normal dan sepertiga bagian.
Jadi kalau ada murid yang memakai buku tulis biasa, mereka murid bisa memodifikasinya sendiri dengan menambahkan garis bantu sendiri. Asalkan ukurannya tepat, tak jadi masalah.
Fungsi