Idol , oh, Idol
Idola, fans, panutan, kebanggaan
Entah bagaimana harus menjelaskan ini semua
Fenomena yang bisa dilihat dan dirasakan, namun tak cukup banyak kata yang mampu untuk menjelaskannya
Kebahagiaan penggemar terhadap sang idola
Tak bisa dijelaskan lewat rentetan kata-kata
Tak ada kata ‘logic’ yang bisa mengulasnya dengan utuh
Yang ada hanyalah kata ‘magic’, kala gemuruh penggemar dan sang idola bertemu
Bayangkanlah saja ada sebuah bungkus makanan dan minuman, bisa jadi rebutan khalayak
Padahal tak ada gambar atau foto pada sang idola
Hanya sekadar tulisan dan merek sebuah produk waralaba
Cuma dominan warna tertentu saja sebagai warna kebanggaan yang hadir
Kebahagiaan para pemujanya bisa setinggi langit
Kalau ia sudah di level tertinggi
Apapun produk yang berkaitan dengan sang idola
Sedapat mungkin itu akan diburunya
Tak peduli berapa ratus atau berapa juta dana dikeluarkan
Namun yang terpenting adalah bisa mendapatkan aneka merchandise
Dikumpulkan, dikoleksi dan bahkan dirawat baik-baik
Jangan pernah menyentuhnya kalau tak mau mendapat omelan darinya
Merchandise hanyalah pernak-pernik barang semata
Perannya hanyalah sebagai alat pengenalan diri
Sebagai brand image dari sebuah produk yang dikeluarkan oleh sang ‘sutradara’
Hanya itu yang ada dalam pemahaman isi kepala orang kebanyakan
Namun di mata para penggemar, lebih dari itu semua
Merchandise idol menyangkut sensasi rasa, kebanggaan dan harga diri
Ia lebih dari sekadar sebuah produk t-shirt, kaos, tas, goodie bag, jam, stiker, mug, jaket, payung, pena, gantungan kunci, pin, botol minuman, dan sederet benda mati lainnya
Ia bagaikan ‘teman hidup’ dalam dunia imajinasi yang dibangunnya
Mereka akan bangga dengan sang idola
Mereka akan mati-matian membela jika ada yang mengolok-olok atau menjelekkan sang idola
Entah, apakah ia sosok manusia bernyawa semacam artis atau atlet dan profesi lainnya
Entah ia sosok rekaan, anime, visual grafis atau sekadar nama besar sebuah klub olahraga, dan kelompok organisasi lainnya
Mereka, para pemuja tokoh yang dikagumi
Punya dunia tersendiri dalam menikmati kebahagiaannya
“Apa yang salah dengan kami, bukankah kalian juga punya kebahagiaan versi masing-masing?”
“Mengapa kalian melihat kami seperti makhluk asing yang tak boleh berbahagia dengan cara kami sendiri?”
Begitulah cara dua dunia saling melihat
Satu dengan yang lainnya bagaikan berada pada titik yang berseberangan
Bagaikan cermin namun bayangannya berbeda rupa
Aku dan kamu saling menatap diri
20 Juni 2021
Hendra Setiawan