Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Misteri "Gedung Singa" di Kawasan Kota Tua Surabaya

7 Juni 2021   16:56 Diperbarui: 7 Juni 2021   17:23 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung SInga di daerah Jembatan Merah Surabaya (foto: dok. pribadi)

Gedung yang pada bagian atasnya juga memiliki lukisan keramik ini, dulu dibangun atas jasa arsitek bernama Hendrik Petrus Berlage (1856-1934). Di Belanda sendiri, ia dianggap sebagai Bapak Arsitektur Modern. Dan karyanya itu juga turut menginspirasi dunia arsitektur di Eropa dan dunia umumnya.

Desain bangunan yang dirancangnya bercorak Art Nouveau, dengan model lengkungan bata merah sebagai ciri khas. Sedangkan untuk peletakan batu pertama dari perusahaan asuransi itu dilakukan pada 21 Juli 1901 oleh John von Hemert.

Dua patung singa yang menjadi penanda khas dari bangunan ini konon dibuat oleh pematung J. Mendes Da Costa. Nah, kalau melihar secara sepintas, sepertinya sama saja. Namun, sebenarnya keduanya merupakan pasangan. Singa jantan ada sisi selatan (kanan). Sedangkan singa betina di sisi utara (kiri).

Mengapa hewan singa ini yang dipakai sebagai penanda? Konon, ini juga dipengaruhi oleh "penemuan arkeologi di Mesir" pada masa tersebut. Kemudian hal ini juga menimbulkan eksotisme baru di Eropa. Bukan cuma dari sisi pengetahuan, tapi juga kebudayaan Mesir kuno itu muncul di museum-museum di Eropa.

Tujuan dari pemberian patung singa dan lukisan keramik yang menghias bangunannya masing-masing memperlihatkan elemen dari Mesopotamia dan Mesir kuno. Melambangkan keabadian. Seperti sebuah pesan tersirat bahwa uang pelanggan akan aman untuk selamanya di perusahaan ini.

Singa sang penjaga dan bentukan lengkung bata merah sebagai ciri khas bangunan (foto: dok. pribadi)
Singa sang penjaga dan bentukan lengkung bata merah sebagai ciri khas bangunan (foto: dok. pribadi)

Kaya Warna Sejarah

Menengok lebih atas pada penampang fasad, nampak jelas hiasan keramik bergambar, walaupun sudah nampak agak memudar oleh debu. Nah, ini yang membuatnya juga beda lagi, yaitu seniman yang sangat terkenal pada saat itu, Jan Toorop. Lukisannya ini juga punya filosofi khusus pada perusahaan yang memesannya.

Jan Toorop melukis seorang raja Jawa yang duduk di tengah dengan tangan dan sayap mengembang. Ada garis pada dada yang membentuk huruf A (barangkali inisial Algameene). Di sebelah kanannya ada seorang perempuan berpakaian gaya Eropa yang sedang mengangkat bayi berambut pirang.

Sementara pada sisi kiri, ada gambar perempuan bersanggul dengan pakaian adat Jawa. Ia juga sedang terlihat menimang bayi. Bedanya, bayi tersebut berambut hitam. Pesan yang ingin disampaikan mungkin tentang kesetaraan antarbangsa. Baik masyarakat Indonesia maupun warga Eropa atau bangsa lainnya, mendapat perlakuan yang sama.

Tepat persis di depan Gedung Singa –jika memosisikan diri dari arah gedung— maka bisa terlihat jelas sebuah sungai besar yang dulu menjadi urat nadi transportasi. Kantor Algemeene di Surabaya ini mengikuti konsep tradisional khas Belanda. Sederet bangunan  yang menghadap ke kanal, dengan fasad indah, sebagai  representatif untuk status pemiliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun