Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menebar Kebaikan Lewat Lembaran Kata

30 Mei 2021   17:15 Diperbarui: 30 Mei 2021   18:51 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita-cerita kebaikan, kalau dikumpulkan, barangkali sudah bisa menjadi setebal buku novel. Sayang, banyak kejadian seperti ini tidak banyak terungkap ke permukaan.

Kalaupun itu hanya kita sendiri, yang mungkin mengalami,  seringkali juga memendamnya. Buat diketahui dan dialami diri sendiri saja. Tidak ada upaya untuk menceritakan ulang atau sekadar membagikannya melalui bentuk tulisan yang bisa dibaca banyak orang.

Ya, bisa jadi supaya tidak dikira promosi. Tidak enak dianggap 'pamer kebaikan' dan berbagai macam alasan yang lain.

Sebenarnya ada keuntungan ketika kita memiliki media sosial (medsos). Paling fenomenal mungkin Facebook. Tapi tak menutup kemungkinan juga lewat Instagram atau Twitter. Tapi dua yang disebut terakhir ini punya keterbatasan dari segi upload data.

Ada banyak cerita yang muncul dan akhirnya viral melalui jejaring sosial tadi. Bahkan, media mainstream (arus utama) pun bisa kalah telak. Mereka justru berkali-kali membuat berita yang berasal dari media sosial milik warganet.

Tak Mudah 

Menuliskan sebuah cerita di medsos, memang gampang-gampang susah. Gampang, kalau tinggal menuliskannya. Toh, menulis di medsos juga tak terlalu terikat PUEBI (d.h. EYD).

Susahnya justru kadang muncul dari teman sendiri. Kalau biasanya orang tersebut bawaannya melucu, cerita serius kadang masih juga di(t)anggap sebagai banyolan. Haha, serba salah...

Misalnya, beberapa hari kemarin, seorang kawan FB menceritakan bagaimana ia menolong orang yang tak tahu jalan. Orang luar kota, jadi sopir pengantar barang. Tujuannya ke suatu tempat. Tapi tak jelas petunjuk pendukung lainnya. Hanya satu nama secuil.

Mulanya ia hanya memberi petunjuk arah pada sopir. Lama-lama jadi tak tega sendiri. Sopir tadi akhirnya ia susul. Bahkan menjadi kompas hidup, hingga pendatang tadi sampai ke tujuan yang dimaksud.

Itu baru satu cerita kebaikan yang terjadi, yang diceritakan oleh satu orang. Jika saja dari 100 orang teman di medsos melakukan hal yang sama, sudah jadi 100 kumpulan kisah. Tidak harus setiap hari. Satu minggu saja, 1 cerita kebaikan. Sangat mungkin itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun