Mereplika beragam alat musik yang terdapat pada relief Candi Borobudur tentu bukanlah pekerjaan yang mudah. Para musisi yang menggagas proyek Sound of Borobudur patutlah diapresiasi. Melakukan riset, mengeksporasi alat musik, melakukan replika dan membunyikannya menjadi orkestra modern. “Dahsyat!” Bolehlah kalau meminjam kata ini. Proses yang luar biasa yang digagas sejak 2016.
Reinventing alias menemukan kembali keanekaragaman alat musik yang dipentaskan melalui relief Candi Borobudur, sungguh merupakan sumbangsih besar bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Tidak cuma musisi, artis, tapi juga para ilmuwan turut terlibat.
Riset panjang yang membuahkan hasil dengan menemukan kembali sekitar 200 alat musik ini, seakan menegaskan bahwa sejak dahulu, Nusantara terkenal pula dengan orkestra nada. Relief Candi Borobudur membuka tabir dari sisi lain kejayaan bangsa.
Borobudur, ia tidak saja terpelihara sebagai bangunan mati sebagai tempat pemujaan spiritual. Borobudur ternyata juga menjadi ruang kehidupan bagi peradaban budaya.
Borobudur adalah kebanggaan bangsa. Suara Borobudur mengajak bangsa ini untuk dapat kembali menebarkan benih-benih kebaikan ke berbagai penjuru dunia. Sound of Borobudur sesungguhnya adalah spirit toleransi, rasa cinta tanah air, bangga dengan budaya sendiri jiwa nasionalisme dalam kebhinnekaan yang satu.
Harmoni dalam pentas musik sebagaimana jelas tergambar pada relief musik candi Borobudur adalah jejak peradaban bangsa. Harmoni yang sama yang senantiasa teus dipentaskan lagi dalam hidup bersama di bumi Nusantara tercinta.
15 Mei 2021
Hendra Setiawan