Maka, terhadap orang-orang yang ngotot (pemikiran dan tindakan) dirinya adalah benar sendiri, tak mau menerima segala alasan, dalil, argumen dan penjelasan apapun dari liyan, bagi saya mereka itu termasuk dalam kelompok “POKOK-nya (POKOK’e; bhs. Jawa)”.
“Pokok’e aku sing paling bener, pokok’e aku kudu sing menang.” Pokoknya saya yang paling benar, pokoknya saya yang harus menang. Tak peduli orang lain bilang apa, pokoknya harus... harus,... dan harus...
Repot kan kalau sudah menemukan yang begini?! Mau diapakan coba kalau menjumpai orang-orang yang termasuk kelompok “POKOK’e” seperti itu!? Konteks keberagaman, multikultural, kebhinnekaan Indonesia bisa menjadi nisbi.
Dalam konteks ke-Indonesia-an yang majemuk seperti ini, kelompok "POKOK-nya" akan senantiasa ada di sekitar kita. Bahayanya, jika mereka ini kemudian jadi salah langkah, dibiarkan dan tak ada yang mengingatkan atau mengajaknya kembali pada rel yang tepat. Orang di luar keyakinannya jadi dianggap musuh. Siapapun juga, bahkan bisa termasuk yang seiman sekalipun.
Ini tugas berat bagi para pejuang damai, bagi para pewarta cinta kasih, bagi siapa saja yang ingin hidup dalam harmoni semesta. Ini semua tak boleh berhenti...
28 Maret 2021
Hendra Setiawan