Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minggu Palma yang Lara

28 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 28 Maret 2021   22:25 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ledakan depan gereja Katedral Makassar. Sumber: KOMPASTV

Hari Minggu Palma (Palmarum) yang jatuh pada pekan ini, bukan sekadar ibadah hari Minggu biasa pada umumnya. Ada keterkaitan yang erat pada hari Jumat Agung dan Minggu Paskah.

Oh, ya, terkait dengan palem itu sendiri, segarkan lagi ingatan yang terpendam. Daun palem yang menjadi simbol suci bagi umat kristiani, ternyata malah dipakai sebagai ajang demo dalam kancah politik. Silakan disimak tangkapan layar di bawah ini.

Kolase tangkapan layar kompas.com dan tempo.co (dok. pribadi/tangkap layar)
Kolase tangkapan layar kompas.com dan tempo.co (dok. pribadi/tangkap layar)
 

Gambar di atas isinya menceritakan massa dari Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak), yang diinisiasi oleh Kivlan Zen dan Eggi Sudjana (2 tersangka makar), mereka turun ke jalam ikut melakukan demo. Mereka mendampingi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo -Sandi melaporkan dugaan kecurangan Pemilu ke Bawaslu.

Salah satu aksi kelompok yang diangkat dalam pemberitaan media adalah tampilnya belasan perempuan menamakan diri Emak-Emak Damai. Mereka terlibat 'mencolok' dalam demonstrasi di depan Gedung Bawaslu tersebut. Para perempuan itu mengenakan atribut dedaunan palma atau palem, yang diikatkan di kepala mereka. Menurut mereka, daun palma yang dirangkai menjadi mahkota itu menggambarkan persatuan.

Tentu saja rasa marah, gerah, geram, dan aneka rasa lain menyeruak. Berbagai reaksi netizen berseliweran di beragam linimasa melihat foto yang dimuat oleh media.  "Anjir... Kagak ada yang lain apa?!"

Tidak saja penampakan dari kaum perempuan tersebut, yang di antaranya tak terlihat sama sekali wajahnya, karena tertutup cadar atau penutup wajah lainnya. Namun  terlebih lagi dengan penggunaan daun palem alias palma yang dipergunakan sebagai hiasan kepala alias mahkota.  "Kalian sudah menistakan simbol iman umat kristiani, lho..." 

 "Catat itu, Mak...!" Perbuatan kalian dengan mempergunakan palem seperti itu, sama saja melukai hati saudara sebangsamu. Alangkah lebih baik dengan mengisi hari-hari yang penuh berkah itu dengan kegiatan yang bermakna.

Goresan luka kala itu sepertinya juga terjadi lagi pada saat seperti ini, ketika Minggu Palmarum sedang berlangsung. Masa pandemi belum jua berakhir. Satu-persatu mereka yang dianggap berafiliasi kepada teroris diciduk satu persatu, toh nyatanya masih ada yang lolos pula.  Aksi teror untuk mengoyak kebhinnekaan belum usai ceritanya.

Makna Palma

Palma alias palem itu salah satu sarana simbolis yang dipakai oleh umat kristiani dalam memperingati pekan kesengsaraan Yesus Kristus. Peristiwa Minggu Palmarum ini berlangsung sepekan sebelum hari Minggu Paskah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun