Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ajarkan Kebaikan Saat Valentine-an

14 Februari 2020   18:18 Diperbarui: 14 Februari 2020   18:29 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dikumpulkan dari berbagai sumber | Larangan Valentine's Day di sekolah, ribet amat Dinas Pendidikan zaman now?

Sumber: fncounter.com
Sumber: fncounter.com

 

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Dok. pribadi
Dok. pribadi

 Hantu 14 Februari

Mengapa tanggal 14 Februari sepertinya menjadi hari yang menakutkan bak momok berkeliaran? Kekonyolan ini justru menjadi doktrinasi yang menyesatkan, dikarenakan penyederhanaan makna asali riwayat dari peringatan atau asal-usul Valentine's Day.

Hasil capture Facebook | Dok. pribadi
Hasil capture Facebook | Dok. pribadi

Tentu saja anggapan Valentine's Day terkait erat atau sekadar urusan syahwat, tak lebih dari kedangkalan cara berpikir. Tidak ada kaitan yang signifikan antara tanggal 14 Februari dengan "hari baik" bagi tiap pasangan untuk melakukan hubungan intim layaknya status suami istri yang sah.

Gejala yang ada itu hanyalah salah satu kasus negatif khusus. Tidak bisa di generalisir begitu saja. Seakan itu sebuah peristiwa yang umum terjadi. Atau dalam istilah kebahasaan disebut hiperbola (melebih-lebihkan). 

Berpikirlah secara logis dan jernih. Apalagi kepada para murid yang masih terlalu polos untuk menerima, tanpa boleh berbantah. Cobalah untuk melihat perspektif yang lebih luas dan positif. Jangan sembarang-sembarang dilihat dari sudut kacamata sempit. Menurut keyakinan saya, itu salah. Lantas itu diterjemahkan sama kepada pihak yang lain; yang memiliki sudut pandang berbeda.

Kita hidup dalam keberbedaan. Terimalah itu dengan lapang dada. Terimalah itu sebagaimana adanya. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita harus bisa menerima persamaan dan perbedaan. Tidak bisa semau gue. Maunya menang sendiri."Ikuti cara gue...!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun