Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Kuning Blue Moon (Kisah Sang Tetra Rembulan-1/2)

24 Mei 2019   18:00 Diperbarui: 24 Mei 2019   18:27 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi, ... secara fisik, Blue Moon tidaklah berarti bulan berubah menjadi berwarna biru seperti namanya. Ia tetap berwarna putih polos bersinar seperti dalam pandangan mata telanjang. Atau  putih kehitaman alias abu-abu seperti memang demikian semestinya yang normal. Atau bisa juga beraneka warna seperti semu kuning atau merah. Seperti yang ditampilkan dalam foto-foto berikutnya.

So, begitulah ternyata kisahnya. Kalaupun ada warna biru, maka itu adalah warna langitnya, bukan pada bulannya. Bulan tetap tampil putih, apapun warna langitnya. Baik itu malam hari, pagi menjelang datangnya mentari, ataupun siang dan sore hari sekalipun.

Oh, ya... suku asli Amerika Serikat, Indian, menyebut kalau bulan ini sebagai Full Flower Moon. Alasannya karena bersamaan dengan datangnya musim semi, saat bunga mulai bermekaran.

Bulan dan Peristiwa Keagamaan

Disadari atau tidak, dalam sejarah peradaban manusia dan kebudayaan yang ada di dunia, bulan menjadi patokan dalam penyelenggaraan ibadah atau ritus keagamaan.

Bulan Mei ini, Ramadan, umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan berpatokan pada saat datangnya bulan awal dan bulan akhir. Sekitar 30 hari sesuai umur bulan mulai muncul dan menghilang. Lalu berganti bulan baru kembali.

Sebelumnya, umat kristiani (Katolik, Protestan) juga merayakan Paskah, yang juga jatuh setelah peristiwa bulan purnama. Tahun ini terjadi menjelang akhir April lalu, bertepatan dengan Hari Kartini. Lihat link tulisan kedua di bagian akhir tulisan ini.

Nah, di pekan ini, 19 Mei 2019 (rupanya tanggal cantik 19-5-19, hehe...), di kalender Indonesia jatuh pada hari Minggu. Tidak banyak yang memperhatikan, ternyata itu adalah peristiwa suci bagi saudara/i umat Budha. Ya, mereka tengah merayakan trihari sucinya, Waisak.

Trihari suci itu adalah tiga peristiwa bersejarah yang terjadi pada waktu yang sama, meskipun berbeda masa tahunnya. Peristiwa pertama adalah lahirnya Sidharta Gautama pada tahun 623 SM,  yang merupakan penemu dan pencetus Agama Buddha. 

Peristiwa kedua adalah saat Sidharta Gautama mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha di usia 35 tahun, yakni tahun 588 SM. Peristiwa ketiga adalah ketika Buddha Gautama wafat pada usia 80 tahun di tahun 543 SM.

Tentu, keberadaan Hari Raya Waisak yang dirayakan dalam bulan Mei tersebut tergolong peristiwa istimewa dalam lintasan fenomena astronomi. Yaitu terkait adanya purnama sidhi ekstra alias Bluemoon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun