Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jumat Agung Itu bukan Paskah

20 April 2019   00:45 Diperbarui: 20 April 2019   00:48 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: instagram sesuai caption pada gambar

Tahun demi tahun berlalu. Sepertinya sudah banyak dijelaskan secara berulang-ulang dan berkali-kali. Namun, sepertinya masih saja ada yang salah memahami hal ini.

Media besar, media mainstream, tentu punya andil terhadap pengertian dan pemaknaan kata dan istilah. Termasuk organisasi resmi kenegaraan sebagai sumber rujukan.

Jumat Agung itu tidak sama dengan Paskah. Gampang, kan sebenarnya memahami kalimat singkat ini?!

Ya, Paskah itu hari Minggu.  Hari kebangkitan Yesus Kristus, menurut keyakinan umat kristiani. Bukan di tanggal merah hari Jumat, seperti hari ini, 19 April 2019.

Paskah adalah puncak perayaan iman. Peristiwa kebangkitan-Nya, memberikan pengharapan kekal bagi seluruh umat manusia yang percaya kepada Dia. Bahwa ada penebusan dosa dan jaminan keselamatan bagi orang yang merasa dirinya berdosa.

Bagi yang mempercayai kehadiran Sang Sabda yang menyejarah dalam kefanaan manusia dan dunia ini. Ia kelak akan memberikan keabadian dalam kehidupan sorgawi. Kehidupan kedua setelah kematian ragawi.

***

Terserah kalau ada yang mau mengatakan, hari ini hari Jumat Agung, kematian, atau wafat Yesus. Sebagaimana yang telah diyakini iman kristiani.

Ataukah ada yang mengatakan, hari ini adalah hari kematian, wafat Isa Almasih. Terserah... tergantung dari siapa yang menyatakannya.

Namun, memang dalam penyebutan yang terakhir tersebut, masih menimbulkan perdebatan panjang bagi penganut agama/keyakinan yang mengimaninya. Secara intern, dan secara ektern yang pasti, tak akan dengan mudah  bisa terselesaikan secara instan. Dan, biarlah itu kembali pada hak keimanan masing-masing orang atau umat yang mempercayainya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun