Mohon tunggu...
Hendi Setiyanto
Hendi Setiyanto Mohon Tunggu... Freelancer -

Menulis itu mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tersesat di Taman Sari

14 November 2015   09:39 Diperbarui: 14 November 2015   11:17 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taman Sari dengan kolamnya I sumber di sini"][/caption]Jogjakarta seperti sudah  menjadi destinasi wajib bagi para wisatawan ataupun backpacker untuk menjelajah berbagai sudut kota budaya dan pelajar ini. Boleh dibilang belum sah ke Pulau Jawa kalau belum mengunjungi salah satu sisa kerajaan yang masih eksis hingga detik ini.

Begitu pun dengan saya, sudah dari SMP pernah berkunjung ke Jogjakarta walaupun saat itu dalam rangka wisata liburan sehabis ujian kenaikan kelas. Pas SMK pun lagi-lagi Jogjakarta menjadi destinasi favorit saat sekolah mengadakan kunjungan kerja, walaupun dilanjutkan dengan mengunjungi kota Solo.

Sepuluh tahun memori tentang Jogjakarta begitu membekas dalam benak saya, kota yang penuh kenangan dan membuat ingin kembali lagi..lagi dan lagi. Hingga tahun 2014 lalu saya kembali lagi ke kota ini akan tetapi kali ini saya bepergian sendirian.

Tulisanku tentang Jogjakarta sebelumnya pernah aku publish di blog ini, silakan dibaca-baca lagi hehehe. Salah satu destinasi favorit setelah keraton Jogjakarta adalah tempat pemandian para raja dan keluarga raja atau lebih dikenal Taman Sari. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari malioboro, keraton dan alun-alun utara menjadikan tempat ini  seperti tur wajib saat ke Jogjakarta.

Pagi itu setelah mandi dan berdandan [tanpa bedak dan gincu] saya memutuskan untuk berkunjung ke Taman Sari. Kali ini saya ingin merasakan cara yang berbeda menuju kesana, yaitu naik delman [tanpa istimewa kududuk dimuka] . Waktu itu saya cukup membayar Rp 50,000,- saja entah itu kemahalan atau tidak, saat itu saya menyanggupi saja.

Suasana pagi itu termasuk agak lengang karena kebetulan bukan hari libur tapi hari kerja, jadi hanya ada orang yang akan pergi beraktifitas. Wisatawan saat itu masih jarang dan lumayanlah bisa merasakan naik delman dengan santai bak putera mahkota keraton [ngayal].

O ya delman di Jogja dengan di kotaku Banjarnegara sangatlah berbeda. Kalau di sini delmannya mirip kereta kuda para bangsawan jaman belanda dan kereta keraton. Yang mana ukurannya saja sudah berbeda dengan posisi tempat duduk menghadap depan belakang, beda dengan delman kebanyakan yang duduknya kanan kiri saling berhadapan.

Setelah menikmati kereta kuda khas Jogja, akhirnya saya sampai juga di depan lokasi Taman Sari. Saat itu suasana sepi dan hanya ada beberapa pengunjung dari mancanegara yang datang.  Sebelum masuk, kita terlebih dahulu harus membeli tiket pada sebelah kanan pintu masuk. Counter penjualan tiket pun berada dalam bangunan yang menurutku antik, dengan tembok tebal berwarna putih yang di beberapa bagian sudah lapuk dan berlumut dimakan usia.

Di pintu masuk sudah menunggu beberapa laki-laki paruh baya dan beberapa sudah sepuh alias tua. Sebelumnya saya pikir mereka merupakan bagian dari paket tour ketika mengunjungi Taman Sari atau karyawan lokasi tersebut. Akan tetapi ternyata mereka merupakan pekerja freelance alias kita harus membayar tip ketika ingin menggunakan jasa tour guide mereka. Sayapun baru sadar setelah selesai tour mengelilingi lokasi Taman Sari selama hampir satu jam.

Pertama kali masuk kita akan disambut dengan rindangnya pohon sejenis buah mirip jeruk kecil-kecil dan berduri. Dengan ramah bapak tour guide tadi menjelaskan satu persatu pohon  yang ada di samping kanan dan kiri pintu masuk pertama. Saya lupa apa saja nama bangunan yang dijelaskan satu persatu oleh si bapak tadi tapi saya masih punya beberapa foto yang sengaja diabadikan.

Di pintu masuk tadi terdapat bangunan dua lantai, saya pun naik kelantai atas mirip gapura atau gerbang dengan warna putih ini. Beberapa kali saya jepret sana sini menyimpan obyek yang terlihat menarik selain itu juga menyempatkan selfie hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun