Mohon tunggu...
Hendi Setiyanto
Hendi Setiyanto Mohon Tunggu... Freelancer -

Menulis itu mencerahkan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Keraton Jogjakarta dan Warisan Budaya yang Masih Eksis

3 Desember 2015   11:07 Diperbarui: 3 Desember 2015   11:41 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sri Sultan dan Keraton Jogjakarta sumber di sini"][/caption]Berkunjung ke kota Jogjakarta tidak lengkap rasanya jika belum mengunjungi pusat pemerintahan dalam bentuk kesultanan ini. Agenda berkunjung ke keraton Jogjakarta  harus masuk daftar kunjungan ketika berpelesiran  kesini.

Untuk masuk kekomplek keraton sendiri pengunjung bisa menggunakan kereta kuda yang banyak mangkal di sekitar jalan Malioboro. Atau jika anda ingin memilih berjalan kaki bisa saja menyusuri pinggiran trotoar jalan raya akan tetapi jaraknya lumayan jauh. Angkutan umum seperti Transjogja sendiri tidak melewati jalur dekat alun-alun utara serta keraton. Jika budget anda terbatas disarankan naik becak saja karena harganya terjangkau.

Sebelum memasuki keraton, pengunjung harus membeli karcis masuk dahulu atau tepas keraton. Jika anda ingin mengabadikan tempat-tempat menarik di dalam keraton, anda juga harus membayar biaya untuk setiap jenis alat perekam baik berupa kamera ataupun handycam.

Pertama kali masuk kita akan disambut berupa gapura dengan penjaga berupa patung raksasa bertaring di sisi kanan. Kita akan melihat banyak abdi dalem yang tersebar di sekitar komplek keraton dan dengan ramah mereka akan menjelaskan tempat-tempat yang ada disana.

Memasuki area dalam pengunjung bisa melihat beberapa gazebo dengan bentuk yang khas campuran budaya jawa, eropa di antara halaman keraton. Pada saat saya berkunjung, saat siang hari cuacanya sangat panas apalagi area halaman bukan berupa tanah tetapi berupa pasir yang di sebar.

Ada juga aula besar atau bangsal yang digunakan untuk acara tertentu yang diadakan oleh pihak keraton. Pengunjung hanya bisa melihat dari batas yang diperbolehkan dan tidak boleh menginjak lantai bangsal. Selain itu juga ada bangunan mirip seperti dapur yang digunakan untuk memasak air untuk para abdi dalem, tentunya dengan tungku tradisional.

Ada juga area khusus tempat abdi dalem duduk berjejer rapi dengan latar belakang bilik kotak-kotak berwarna hijau. Entah apa yang sedang mereka lakukan, akan tetapi semua abdi dalem duduk rapi sambil berbincang-bincang dengan ditemani beberapa gelas kopi. Pengunjung diberi peringatan agar tidak membelakangi para abdi dalem yang sedang duduk ketika hendak berfoto.

Semakin masuk ke dalam kita akan melewati sebuah gapura lagi dengan beberapa penjaga abdi dalem di sisi kanan kiri. Selain itu juga terdapat sebuah kios kecil tempat menjual aneka minuman dingin pelepas dahaga. Ada juga beberapa macam souvenir khas keraton yang dijual di sisi lain gapura bagian dalam.

Untuk di bagian dalam sendiri mayoritas beberapa bangunan digunakan untuk menyimpan berbagai macam koleksi keraton baik berupa foto, batik, patung dan barang lainnya. Pengunjung diperbolehkan masuk dan melihat-lihat koleksi yang dipamerkan. Tentunya dengan tetap mematuhi beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar antara lain menyentuh barang koleksi keraton karena bisa saja ditegur oleh abdi dalem yang berjaga di dalamnya.

Rata-rata para abdi dalem sudah berusia sepuh alias tua dengan seragam khas keraton dan tidak menggunakan alas kaki. Ada juga calon abdi dalem yang masih anak-anak, mungkin dia adalah cucu dari salah satu abdi dalem yang sudah puluhan tahun mengabdi di keraton.

Hampir tiap hari diadakan pertunjukan gamelan di area aula di tengah-tengah keraton. Rata-rata penabuh gamelan juga sudah sepuh-sepuh. Dengan pakaian jawa khas bagian atas berwarna hitam untuk perempuan. Walaupun saya kurang mengerti arti dari lirik yang ditembangkan oleh sinden tadi tapi alunan gamelan di tengah keraton menambah suasana yang khas dan unik. Banyak juga wisatawan asing yang duduk di sekitar aula melihat pertunjukan tadi, dengan kursi-kursi yang telah disediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun