Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kenapa Elang, Owa, dan Banteng Dilindungi?

18 November 2017   08:52 Diperbarui: 18 November 2017   17:21 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Owa Jawa, Elang Jawa (manuk dadali), Banteng adalah satwa liar endemik (asli) pulau Jawa, wilayah sebarannya terbatas. Saya bahas ketiga satwa liar asli Indonesia, khususnya pulau Jawa untuk berbagi di Kompasiana, meneruskan diskusi dan obrolan yang saya catat dari dua teman saya, Ir. Ambar Dwiyono, MSc (mantan praktisi Konservasi Sumber Daya Alam di Kementerian Kehutanan) dan Dewi Malia, PhD (ornitolog, peneliti LIPI). 

Owa Jawa hanya terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, itupun hanya sampai Gunung Slamet saja, tidak seluruh Jawa Tengah. Owa Jawa (Hylobates moloch) hidup alboreal di pohon-pohon yang kaya buah dan biji yang banyak terdapat di Gunung Gede, Pangrango dan Halimun, Salak.

Owa Jawa populasinya sedikit, salah satu peran Owa Jawa menyebarkan biji buah yang dimakannya, sehingga turut menjaga kelestarian hutan yang dihuninya.

Habitat Elang Jawa, terdapat di seluruh Jawa dari Banten sampai Jawa Timur, diantaranya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Elang Jawa hidup di tempat-tempat tinggi dan dingin dengan tebing bebatuan  curam seperti di atas pohon Rasamala (Altingia excelsa) yang tinggi dan  tebing kawah Gunung Gede.

Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) termasuk pemangsa puncak dalam rantai makanan, populasinya sedikit. Waktu berbiak hanya satu butir telur, bila terlalu panas pada musim kemarau atau terlalu tinggi curah hujan, bisa gagal beranak. Perawatan anak oleh induk lama, mungkin sekitar 6 bulan, nilai perkembangannya 'mahal'.

Banteng (Bos javanicus) hidup di padang sabana TN Baluran Jawa Timur dan di Jawa Barat hidup liar di Ujungkulon dan Pangandaran. Banteng bersama Rusa, Kijang, Kancil mengisi relung ekosistem Sabana. Sebagai herbivora Banteng dan kawan-kawan bukan pemangsa pemuncak (top predator).

Kenapa Dilindungi?

Elang Jawa dikenal sebagai salah satu pemangsa pemuncak pada rantai makanan. Punahnya Elang Jawa sebagai salah satu komponen pada rantai makanan akan mengakibatkan gangguan keseimbangan ekosistem yang  ada. Mangsa (prey) seperti Tikus, Bajing akan makin dominan dan rantai makanan dibawahnya bisa habis, punah serta dampak ikutan lainnya bisa terjadi di dalam ekosistem,  horizontal dan vertikal.

Elang Jawa termasuk indikator lingkungan yang sehat dan seimbang karena mengendalikan populasi mangsanya. Jika ada polusi, paling cepat hilang dari ekosistem.

Owa Jawa merupakan mangsa (prey) bagi Macan Tutul, top predator, yang banyak terdapat di habitat Owa Jawa, disamping Kancil, Kijang, Tikus dan mamalia lainnya. Punahnya satwa-satwa itu berarti hilangnya  keragaman hayati (biodiversity) yang ada di Jawa dan Indonesia, seperti saat ini kita tidak bisa melihat lagi Harimau Jawa atau Badak di hutan-hutan tersebut. Kecuali Badak masih eksis di Ujung Kulon dan pernah diberitakan Harimau Jawa terlihat, tertangkap kamera di Ujung Kulon.

Sama halnya dengan Owa Jawa. Banteng adalah mangsa predator di atasnya dalam rantai makanan. Punahnya Banteng akan mempengaruhi populasi Macan Tutul, akan mengakibatkan padang rumput menyemak, sekalipun masih ada hewan herbivora lainnya. Bahkan mungkin Kumbang, Cacing dan mahluk hidup lainya yang hidup pada kotoran Banteng terpengaruh populasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun