Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ojeg vs Gojeg di Pondok Cina

2 September 2015   09:39 Diperbarui: 2 September 2015   09:39 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Gojeg verboden di Jalan Stasiun Pondok Cina - Depok. 1 September 2015"][/caption]

Sudah sering mendengar pengemudi Gojeg diintimidasi pengemudi ojeg non Gojeg, mulai dari hanya dimarahi atau dimaki-maki sampai ada yang dipukuli juga. Aduh sedih mendengar dan membacanya, mereka bukan  orang kaya, kalau berpendidikan mungkin ya, hanya kesulitan mencari lapangan kerja yang cocok dengan ijazah pendidikan formalnya. Banyak lho 'katanya' tukang ojeg maupun gojeg itu lulusan perguruan tinggi. Tak apa-apalah ketimbang nyopet, maling apalagi korupsi milyaran yang tak mungkin mereka lakukan, lha kerjanya ngojeg.

Anak-anak saya sering menggunakan jasa Gojeg -apalagi ketika masa promosi-, untuk jarak max 25 kilometer tarifnya hanya Rp 15000, bandingkan dengan tarif ojeg konvensional yang mungkin mencapai Rp 40 - 50 ribu untuk jarak yang sama. Hanya anak saya pernah apes diusir tukang-tukang ojeg di sekitar stasiun Pondok Cina, Depok. Ketika anak saya turun dari kereta api sekitar pukul 8 malam, ia diusir menjauh dari area sekitar Stasiun Pondok Cina, bahkan harus menjauh dari mulut jalan stasiun yang bermuara di Jalan Margonda Raya. Tak punya perikemanusiaan hari sudah malam mengusir anak perempuan yang menunggu Gojeg yang ia pesan.

Sekarang telah muncul pesaing-pesaing 'Gojeg', yang dikelola oleh anak-anak muda yang paham aplikasi sistem, bisa diunduh di HP dengan mudah dan menggunakannya tak susah. Para tukang ojeg ada baiknya bergabung dengan salah satu penyelenggara "Gojeg", bukankah kabarnya penghasilan mereka akan meningkat dan tak banyak nganggur ngetem di pangkalan lagi? Penghasilan sebulan sekitar Rp 10 juta bukan penghasilan sedikit bukan?

Spanduk larangan pengemudi Gojeg mengambil penumpang di sekitar stasiun Pondok Cina juga tak perlu terjadi, sama-sama cari makan, pihak aparat Kepolisian dan DInas Perhubungan sebaiknya menertibkan jangan sampai terjadi bentrokan fisik. Berani tidak aparat penegak hukum berseragam menertibkan spanduk yang dipasang tak jauh dari Stasiun Pondok Cina? Pondok Cina itu nama sebuah tempat di Kota Depok ya, Universitas Indonesia sebagian berlokasi di Pondok Cina kok he he he .....

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun