Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Hendiperdana
Mochamad Rizky Hendiperdana Mohon Tunggu... Dokter - Residen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Indonesia

twitter dan IG : @Hendiperdana Email : mhendiperdana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Detik

7 Februari 2016   08:05 Diperbarui: 7 Februari 2016   09:56 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : M. Rizky HendiperdanaPerenungan di dalam diri selalu membuahkan kata-kata yang terngiang di dalam kepala yang tidak dapat diungkapkan. Tulisan ini hanya sebuah coretan lalu. Tidak dapat menggambarkan sepenuhnya apa yang kurasakan kini.
Denting waktu terus berjalan. Walau pelan tapi maknanya terus mengalir. Bagi sebagian orang mungkin waktu akan terasa amat lambat dan untuk sebagian lagi terasa amat cepat. Aku amat senang sekedar duduk di bawah pohon kelapa di sebuah pulau di lepas pantai Kalimantan timur. Ditemani angin sepoi-sepoi di pertengahan hari. Matahari menyengat tak terlalu panas karena ditutupi rindangnya daun pohon yang terbentang di atas kepalaku.
Aku mencoba untuk menikmati lambatnya arus waktu. begitu pelan. Sejauh mata memandang dihiasi perahu-perahu yang lalu lalang di depan mataku. Ombak bergantian menggulung menuju pantai dan memuntahkan desisnya di ujung pasir terjauh pulau ini. Aku merasa waktu melunak barang sesaat. Aku merasa waktu menjadi milikku walau sebentar.
Berbicara tentang waktu adalah hal yang paling banyak menguras emosiku.
Semua yang manusia inginkan tersemat di dalam waktu-waktu yang dimilikinya. Semua yang menyenangkan baginya ada dalam serpihan waktu yang dimilikinya. Kebahagiaan, sialnya tidak dapat kita abadikan dengan apa pun. Ya, dengan apapun. Siapa yang dapat mengabadikan kebahagiaan. Bukankah yang kita miliki hanya sedetik kebahagiaan. Siapa pun itu hanya akan bisa merasakan sedetik dalam kehidupannya. Detik yang lalu hanya tinggal cerita. Bahkan detik yang lalu hanya tinggal sejarah. Detik yang belum datang menjadi suatu hal yang dinanti. Yang tersisa dari semua yang kita lewati hanyalah puing-puing kenangan dan ingatan yang figura dari gambar tersebut terkurung hanya di dalam kepala kita. Dia tak akan pernah sampai kapan pun, ingatan dan kenangan yang dimiliki oleh kita melompat keluar dari kepala kita untuk sejenak menjadi realita itu kembali.

Kita semua pasti ingin kembali ke masa-masa yang telah lalu. Biasanya itu kenangan manis. Tapi sayang kita hidup untuk detik. Hanya untuk detik. Resapi tiap makna dari detik yang kita punya. Karena detik yang telah lewat itu selamanya hanya akan menjadi sejarah. Selamanya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun