Mohon tunggu...
Hend.Setya
Hend.Setya Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Newbie

Novel AL terbit setiap hari Jumat || Contact Penulis : hsetiawan.id@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bab 7 | Awan Pembawa Hujan

20 Juli 2018   18:09 Diperbarui: 20 Juli 2018   18:18 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Lanjut ke MES, Saga?" Rheen bertanya.

"Sepertinya begitu." Saga menjawab tanpa menatap Rheen.

"Aku duluan ya. Ayah menyuruhku untuk membelikannya 1 set kancing baru." Pamit Rheeen kepada Saga.

Begitulah Rheen, wanita super sibuk. Meski dalam kondisi diskorsing, ia tetap memiliki agenda yang begitu ketat. Seakan-akan semua to do list berlari mengejar Rheen setiap hari.

Pandangan Saga kini fokus pada satu tempat yang oleh penduduk Cheduge dinamakan MES. Tempat yang menyerupai ranch secara umum. Bangunan utama bermaterial kayu dan tepat disampingnya terdapat padang rumput tidak begitu luas yang berfungsi sebagai sumber pakan AL dan arena pacuan sederhana.

"Kontak Hub yang lain! Sekarang!" Seorang wanita kepala perawat MES memekik keras kearah petugas yang berada didekat pesawat telpon. Kepala perawat ini meminta tolong kepadanya untuk mendatangkan 2 orang Hub yang sedang tidak bertugas.

Dibantu beberapa Hub, kepala perawat mendorong sebuah brankar pasien AL jenis panda merah yang berbaring sekarat akibat pendarahan serius di leher.

Hub, sebutan untuk para perawat AL. Mereka yang bekerja dengan dedikasi tinggi, merawat AL yang terluka hingga sembuhnya dan menjadi orang yang pertama menangis ketika tidak berhasil menyelamatkan hidup sekelompok AL.

"Apa yang kau lakukan di sini, anak muda!" Bentak wanita yang sama kepada Saga yang tiba-tiba terdiam melihat ceceran darah sekitar jalur evakuasi.

"Ia berencana untuk jemput AL miliknya. Betul begitu, Saga?" Rivela membantu jawab Saga yang jelas sekali kaget dengan bentakan wanita tadi.

"Aku yang akan mengurusnya bu." Rivela menawarkan diri.

"Cepat selesaikan urusanmu. Bantu aku segera."

Rivela adalah kakak perempuan dari Hector yang juga salah satu anggota gerombolan penggangu di kelas Saga. Usianya lebih tua 3 tahun dari Hector. Selepas kelulusan sekolah ia langsung apply pekerjaan sebagai tenaga Hub di MES.

"Ikut aku, Saga" Pinta Rivela sambil berjalan cepat menyusuri ruangan per ruangan di MES.

"Aku melihat video duel kalian dari kamera Hector. Itu mengagumkan. Kalian berhasil mengacak-acak ruang kantin dan lapangan galasin milik sekolah." Sambil berjalan mulut Rivela tidak hentinya berbicara.

Saga cenderung tidak peduli dengan bahasan Rivela. Beberapa kali mata Saga dibuat takjub. MES Cheduge berisi alat kesehatan terkini dan paramedis yang terlatih. Keren.

"Lewat sini." Rivela menunjuk sebuah pintu.

Ternyata pintu yang dimaksud Rivela ialah akses masuk bangunan utama MES dan padang rumput. Tampak beberapa AL sedang makan minum dan ada beberapa Hub yang terlihat mendampingi AL untuk proses fisioterapi.

"Giga! Lihat siapa yang menjemputmu!" Rivela memanggil seekor rusa yang sedang minum di dekat pohon Akasia sembari tangan Rivela menunjuk Saga disampingnya.

Seekor AL Rusa jenis Bawean berlari mendekat dengan sekuat tenaga.

"Ia sudah oke. Tanduknya patah sebelumnya. Beruntung saat ini Summer, Giga terbantu percepatan penyembuhannya." Elusan tangan Rivela tampak lebih kearah memanjakan Giga ketika Giga cukup dekat dengan Saga.

"Disamping itu, di musim ini. Perubahan fisiologis AL jenis rusa terlihat lebih jelas terutama ukuran panjang dan komposisi kepadatan tanduk." Tambahan informasi dari Rivela.

"Kukk..Kukk..." Giga mendekat ke kaki Saga.

"Saga, maafkan aku. Aku tidak bisa menemanimu lama. Sangat ingin dengar ceritamu soal duel kemarin. Hanya saja, kau juga tahu aku punya banyak tugas dari bu Elia yang cerewet. Ia tidak suka melihatku beristirahat walau sejenak." Rivela sengaja merubah tekanan suara di kata cerewet yang ia tujukan untuk ibu kepala perawat.

.

"Kau juga sebetulnya cerewet, Rivela. Dari tadi kau tidak memberikanku jeda untuk bertanya." Ucap Saga dalam hati.

"Selamat tinggal, Saga"

"Cepat sembuh, Giga" Tutup Rivela.

"Terima kasih" Kata Saga.

Rivela meninggalkan mereka berdua di padang rumput. Giga terlihat antusias bisa kembali bersama dengan masternya. Sedangkan Saga, cuek seperti biasa. Meski demikian, Saga bahagia bisa berada dekat dengan teman main ke-2 dalam hidupnya.

"Mau kemana kita kawan?" Saga bertanya ke Giga.

"Kukk..Kukk..."

"Tolong temani aku menemui seseorang. Barangkali ia bisa membantuku" Pinta Saga.

"Kukk..Kukk..."

***

Tiba-tiba rombongan penyihir istana asal nagari Hbeyida mendadak berhenti. Instruksi berhenti diberikan oleh panglima Essa lewat kode tangan kanan yang mengepal ke udara.

"Ada apa panglima Essa?" Elcom bertanya gusar.

Kepala Essa mendongak ke atas. Pandangannya jauh menatap langit.

"Awan pembawa hujan menuju kemari." Jawab Essa.

Sudah hari ke-3 Panglima Essa dan Elcom melakukan perjalanan menuju nagari Wind.

"Bukankah nagari Wind sudah dekat panglima? Kita hanya perlu mempercepat langkah kaki kuda kita." Elcom berusaha memberi masukan.

"Tidak masalah untuk kuda kita. Tapi menjadi masalah untuk 5 kuda pengawal kita di belakang."

Panglima Essa benar. Kuda beberapa pengawal terlihat mulai kelelahan.

"Siapkan tenda. Kita istirahat di tempat ini hingga esok pagi." Perintah Essa kepada para pengawal.

"Temui aku setelah selesai urusan dengan tendamu. Ada yang ingin aku sampaikan." Ucap Essa kepada Elcom yang baru saja turun dari kudanya.

Masing-masing dari rombongan sibuk dengan tendanya sendiri, tidak terkecuali Essa. Ia menolak untuk diperlakukan istimewa, meski menjabat sebagai panglima perang.

"Buatlah perapian sederhana dan tolong jadwalkan waktu berjaga." Perintah Elcom kepada pengawal.

"Boleh aku masuk, panglima Essa?" Elcom meminta ijin.

"Silahkan."

Tenda Essa tidak begitu luas, mungkin hanya cukup untuk 3 orang saja. Tenda sejenis dome berwarna hitam dengan 4 strip merah. Elcom langsung saja duduk diatas matras double aluminium foil, yang sudah Essa siapkan.

"Aku merasa ada yang aneh dengan pencurian batu Assion?" Essa yang mengawali pembicaraan.

"Keberadaan batu Assion hanya diketahui klan penyihir." Tebak Elcom.

"Tepat." Tutur Essa.

"Aku mendengar hanya penyihir dari nagari Hbeyida saja yang mengusulkan batu Assion disimpan di nagari Wind. Penyihir dari nagari Courdor menentang keras pemilihan tempat ini." Essa bercerita kejadian awal konflik masa lalu klan penyihir terkait dimana tempat yang pas menyimpan batu Assion.

"Tapi sekarang kita tidak memiliki bukti. Apakah penyihir kelas ke-2 di nagari Courdor bersekongkol dengan klan AL yang mencurinya." Essa meneruskan kalimatnya.

"Pemilihan tempat lebih karena pertimbangan terisolirnya lingkungan dan tertutupnya penduduk nagari Wind." Lanjut Essa.

"Tempat yang cocok menutup harta penting yang berada didalamnya." Elcom berpendapat.

"Menyimpan batu Assion didekat para penyihir memiliki resiko yang tinggi." Essa menganalisis.

"Menyimpan ia ditempat jauh jelas memiliki keuntungan, terutama bagi klan AL." Elcom menambahkan.

Essa teringat percakapan dengan raja Adas beberapa hari yang lalu soal mimpi munculnya simbol di batu Assion. Essa belum memutuskan untuk bercerita kepada Elcom untuk saat ini.

"Bukankah batu Assion dijaga pasukan Ned" Kembali Elcom bertanya. Pertanyaan yang membuat lamunan dipaksa keluar dari pikiran Essa.

"Ia dikabarkan tewas." Sangat pelan Essa menjawab. Ada guratan sedih di muka Essa.

"Kita harus menemukan pencurinya!" Geram Elcom.

"Tentu saja kita akan menemukannya. Hanya saja, aku lebih tertarik menemukan motif si pencuri." Essa menyampaikan sisi yang berbeda.

"Istirahatlah, komandan Elcom." Essa menyarankan Elcom untuk segera menuju ke tendanya.

"Hujan mulai turun." Tutup Essa.

Elcom keluar dari tenda Essa, sesaat sebelum bau khas petrikor yang dihasilkan hujan menyeruak ke hidung. Air mulai membasahi batu, debu, tenda rombongan dan juga sekeliling nagari Gerdurk. Nagari yang berjarak 64 mil dari tempat tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun