"....." Diam Pepe. Entah karena bingung harus menjawab apa atau tersedak karena roti yang dimakan tertera expired date sudah lewat 6 hari.
***
7 jam sebelumnya. Udara masih terasa lembab akibat hujan yang mulai mereda. Saga berdiri tepat disebuah nisan. Nisan yang tak lain ialah nisan ayahnya, Zola. Ayah yang peluk hangatnya dirasakan hanya 2 pekan.
Zola. Legenda penduduk nagari Cheduge. Pure master AL, komandan grade C dengan AL jenis kumbang bernama Lira.
Ada yang menarik di nagari Cheduge. Selain nama, setiap nisan berisi kata-kata wasiat yang diminta Tetua Adat untuk diikut sertakan ditulis. Kata-kata yang sering diucapkan, harapan atau bisa juga cita-cita dari orang yang namanya tertera di nisan. Fungsi utamanya sebatas sebagai pengingat bagi keturunan.
-Apabila 18 master AL terpilih bergabung dalam 1 barisan tidak ada yang bisa mengalahkan-
"Kukk..Kukk..." Terdengar suara membuyarkan lamunan.
"Sebentar Giga." Jawab Saga lirih.
"Kukk..Kukk..." Giga bersuara kembali.
"Baiklah. Ayo kita pergi." Sempat kaki tertahan namun Saga memulai beberapa langkah berjalan. Seakan masih ada sesuatu yang hendak Saga sampaikan pada Ayahnya.
Mata Saga tertuju ke nisan lainnya. Nisan yang didalamnya tidak ada jasad namun tertera sebuah nama, Odric, alias si murid terbaik.