Mohon tunggu...
Hemma Fauziah
Hemma Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Akatsuki~

When you have the ability and opportunity to do what you absolutely love, you will obviously do it.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luruh Daun Seperti Perpisahan

28 November 2020   13:29 Diperbarui: 28 November 2020   13:52 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Max dan Lisa 

Entah sudah berapa lama, aku duduk bersandar di bawah pohon Mapple yang mulai kehilangan daunnya. Menghadap sungai dengan arus tak begitu deras, aku menceritakan segala hal pada gadis penjaga toko roti dekat lampu merah arah ke rumah. Ibu selalu berlangganan roti gandum padanya, dan sejak itulah kami menjadi akrab sebagai sahabat.

Namanya Seraphina Rose, gadis yatim piatu yang menggantungkan hidup sebagai penjual roti, dia adalah pendengar yang baik. Bahkan, tak pernah mengeluhkan apa pun, saat aku menceritakan banyak hal. Terutama tentang Lisa, kekasih yang sejak tiga bulan lalu mengubah statusku menjadi mantan. Sudah sering kukatan pada Sera, baik buruknya Lisa, tentu saja dengan harapan saran yang diberikan akan membantu memperbaiki hubungan. Ternyata tidak, justru Lisa semakin menjauh, kemudian memutuskan menyelesaikan segala hal.

Hingga di hari keseratus tiga puluh tujuh, setumpuk cerita tentang Lisa tetap didengar oleh Sera, walaupun aku sendiri mengerti, apa yang akan dikatakan gadis itu, tetap sama seperti yang dulu-dulu.

"Kurasa Lisa bukan gadis yang tepat, kau hanya perlu mengisi kekosongan hatimu dengan yang baru. Belajar melupakan memang susah, tapi saat kau sudah menerima segalanya, pasti akan terasa mudah," ucap Sera, dengan binar mata dan harapan yang sama. Tentu saja agar aku tidak selalu terkungkung pada lembaran lama yang penuh kenangan tentang Lisa.

"Aku sudah mencobanya, tapi gagal. Cerita tentang Lisa sudah mengalir di setiap nadiku. Bahkan pertama kali dia tersenyum padaku pun, aku masih ingat."

Mengembuskan napas berat, Sera menatapku dalam. Sepertinya dia ingin memastikan sesuatu.

"Kalau gagal, coba lagi. Kalau kau belum menyerah untuk melupakan Lisa, kejar dia. Berilah dia sepotong hati yang baru, agar cintamu benar-benar dirasakan gadis itu."

"Sepotong yang baru?" Aku mendengkus kesal, tak paham dengan perkatan gadis yang memiliki hidung mancing dan dagu terbelah.

"Jika potongan hatimu yang lama sudah tidak disukai Lisa, kenapa tidak coba memberi yang baru, dan akan membuat gadis itu kembali menerimamu. Tentu saja dengan mengubah sedikit kebiasaan. Jangan melukis saat sedang bersama Lisa, misalnya."

"Lisa tidak akan semudah itu, menerimaku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun