Mohon tunggu...
Arahayu
Arahayu Mohon Tunggu... -

Hi! Saya Aristya. Masih belajar menulis sejak tahun 2010 hingga sekarang. Sangat tertarik dengan isu lingkungan, kesetaraan gender, dan pariwisata. Oh iya, silahkan berkunjung ke "rumah" saya yang lain disini: http://hellohayu.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Filistay, Menyulap Tempat Pembuangan Sampah Menjadi Homestay

9 November 2018   11:38 Diperbarui: 10 November 2018   01:13 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selang dua tahun kemudian, idealisme untuk hidup bijak mengelola sampah mereka terapkan pada Filistay. Tahun 2014 akhir, homestay dengan konsep yang ramah lingkungan ini pun dibangun.

Jika berkunjung ke sini, kamu akan langsung menilai bahwa homestay ini memang berkonsep ramah lingkungan. Mulai dari bahan bangunan hingga interior kamar dipilih dari barang bekas atau barang yang mudah terurai.

Mbak Dewi menemani saya menyusuri jalan setapak menuju salah satu kamar. Kamar berdinding anyaman bambu ini memiliki 2 kasur yang menghadap keluar dan kamar mandi yang sederhana namun tetap memenuhi standar homestay: ada toilet duduk, pancuran air, dan bersih.

Tapi, yang paling saya sukai adalah wastafel dari ban bekas yang ada di sudut kamar. Ah, tipikal kamar yang unik!

Salah satu kamar di Filistay dan wastafel unik di sudutnya (dok. pribadi)
Salah satu kamar di Filistay dan wastafel unik di sudutnya (dok. pribadi)
Saya beranjak ke dapur dan bertemu Kaca, seorang berkewarganegaraan Ceko yang sedang menginap di sana. Kaca adalah satu dari tiga wisatawan asing yang menginap di sini. Dibanding wisatawan lokal, tamu di Filistay lebih banyak wisatawan mancanegara.

More Tourists Equals More Waste
Jogjakarta memang menjadi salah satu tujuan wisata terpopuler setelah Bali. Tercatat sebanyak 4,7 juta wisatawan lokal dan 397 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Jogja di tahun 2017, menurut Dinas Pariwisata Provinsi DIY. Sebagai penyumbang devisa tertinggi, industri pariwisata juga dikenal sebagai penyumbang masalah lingkungan terbesar.

"Krisis air, warga di sekitar Malioboro berdampak kekeringan" dalam sebuah headline contohnya. Kawasan Malioboro ini memang kawasan wisata terpadat di Jogja. Tak salah jika banyak besi-besi beton yang berdiri di atasnya untuk ditempati wisatawan.

Saya jadi ingat Pak Nana Mulyana, Dosen Hidrologi dan Pengelolaan DAS IPB di kelas Danone Blogger Academy, 29 September lalu. Beliau menerangkan bahwa pembangunan sebuah hotel pasti memerlukan air dalam jumlah besar. Kebutuhan tersebut dipasok dari air tanah yang komponennya hanya berjumlah 0.64% di bumi ini. Tidak heran jika hal ini bisa berdampak pada kekeringan di sekitarnya.  

Bapak Nana Mulyana di Akademi Menulis DBA (dok. pribadi)
Bapak Nana Mulyana di Akademi Menulis DBA (dok. pribadi)
Tak hanya permasalahan air, begitupun sampah. Sampah makanan hingga sampah plastik masih berada di posisi teratas dalam jenis sampah pariwisata.

Produk hotel dan restoran seringkali masih banyak yang menggunakan plastik. Mulai dari botol sampo dan sabun di kamar hotel, hingga kemasan minuman dan sedotan plastik di restoran. Jika sampah tersebut diakumulasikan sesuai dengan jumlah kamar hotel, tidak heran jika pariwisata penyetor sampah teraktif.

Be Responsible, Because You Can
Saya rasa kehadiran Filistay menjadi solusi atas permasalahan pariwisata tadi. Penerapan konsep homestay yang ramah lingkungan bisa menjadi contoh untuk mengatasi masalah pariwisata. Secara tak langsung, wisatawan pun ikut menjalankan pola hidup yang bijak terhadap sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun