2. Hubungkan pikiran dan perasaan
Pikiran adalah gudang yang tidak akan pernah kehabisan barang di dalamnya. Anda dapat menuliskan segala hal yang tidak tersentuh oleh indera Anda secara nyata.Â
Misalnya, bermimpi kuliah di luar negeri, menjadi karyawan di suatu perusahaan yang Anda dambakan, bayangkan sedang dikejar oleh pembunuh, atau Anda mendapat tiket gratis menonton konser favorit Anda.Â
Semua itu bisa Anda pikirkan, bukankah pikiran adalah gudang yang imajinatif? Siapa yang melarang Anda untuk melakukannya? Saat Anda meluangkan waktu untuk itu, saat Anda menyediakan diri untuk mencatatnya. Berita baik yang ingin saya sampaikan, Anda sedang menulisnya.Â
Perasaan juga demikian, tidak semua telinga akan mendengarkan Anda. Meskipun manusia diciptakan dengan 2 telinga, tidak menunjukkan bahwa kita menerima 2 suara dengan baik dalam waktu yang sama. Menulislah, perasaanmu pantas untuk di baca. Sampaikan perasaan itu kepada mata, biasanya dari mata akan turun ke hati.
3. Menjadi konsisten
Konsisten adalah pilihan yang mengalahkan segalanya. Setidaknya, ini adalah definisi bagi saya. Setiap hari atau rutin melakukan sesuatu menunjukkan kesetiaan dan kecintaan yang besar pada hal tersebut.Â
Namun, dibutuhkan komitmen yang besar dan utuh untuk mewujudkannya. Konsisten dalam menulis adalah pilihan bagi orang-orang yang ingin jadi penulis.Â
Bagi yang tidak ingin menjadi penulis, menulis adalah aktivitasnya. Jangan mudah terkecoh dengan target, sering kali kita menyamakan target dengan kebiasaan.Â
Hal ini tentu berbeda. Kebiasaan akan berhenti saat seseorang mencapai target. Jika target Anda menulis, Anda akan berhenti dalam satu huruf, dan dengarkan saya, "Anda sudah menulis". Namun, untuk menjadi penulis Anda butuh konsisten. Penulis adalah tukang menulis. Kapan ia berhenti menulis? Saat ia tidak ingin menjadi penulis.Â
4. Mulailah