Mohon tunggu...
Helga Evlin Zendrato
Helga Evlin Zendrato Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pecinta Tinta

Berlarilah yang kuat, setidaknya tetap berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat, Bagiku Engkau Saksi dari Sebagian Perjalananku

6 Juni 2020   05:00 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:02 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Iya"

"Gue Fraster, anak Gerakan Muda 8A"

"Torone, anak pindahan. Eh, aku masuk dulu ya ga betah dengan ini." Torone menunjuk celananya yang masih menyimpan aroma pesing.

Iya melambaikan menutup pagar rumahnya. Namun, ia lupa untuk mengambil titipannya kepada kenalan barunya.

"Hei, titipannya!" teriaknya pada Fraster.

Fraster menepok jidat karena belum melakukan serah terima barang. "Kok, lu tau ini buat kalian" Torone menjelaskan bahwa ia tidak sengaja melihat nama ayahnya tertera pada barang tersebut. Sekali lagi Torone melongok keluar pagar, "Terima kasih ya, kalau mau ngobrol datang aja ya. Rumah terbuka untuk orang seperti kamu." Fraster tersenyum dengan lebar. Ini kali pertama Fraster mengenal laki-laki yang berusia 14 tahun tidak merasa malu buang air kecil di celana. 

Mengingat kisah perjalanan mereka di SMP tidak mudah untuk menjadi edan lagi. Fraster samar-samar melihat bayangan Torone sedang mengambil potret sebuah bangunan. Bangunan yang tidak asing bila ada kata kunci Paris. "Seperti dugaanku" Fraster mengejutkan Torone. Fraster memulai untuk berkisah tentang kehidupannya.

Aku sudah berkelana di seluruh Asia Tenggara. Hari ini aku menemui engkau lagi, seperti sebuah mimpi. Saat itu, aku mengirimkan kepadamu sebuah pesan teks yang menjadi kenyataan di hari ini. Torone terlihat sangat gagah bagi Fraster, meskipun Fraster yang menjadi pemimpin gangster kala itu. Fraster memiliki kumis tipis dan brewok yang tebal. Jaket kulit yang dikenakannya adalah satu-satunya hadiah ulang tahun yang dijaganya dengan baik. Tidak lain lagi, pemberinya adalah Bu Samakin. Sejak Fraster dan Torone terlibat dalam kasus besar di sekolah. Bu Samakin menjadi lebih peduli terhadap pertumbuhan dan kasus-kasus yang melibatkan mereka. Torone hampir saja membuat Fraster jantungan. Ia memberikan kejutan sembari mengguncang tubuh Fraster yang berhenti dengan obrolan pertemuan mereka di suatu negara. Tentunya bukan negara yang mereka diami saat masih kanak-kanak. Fraster melanjutkan bahwa semua kepunyaannya telah hilang. Ia dan ayahnya menghadapi permasalahan yang rumit. Hal ini tidak lain lagi dari keputusan yang telah dibuat ayahnya untuk menggadaikan rumah mereka. Fraster memilih untuk membawa setengah dari uang tabungan ayahnya untuk melanjutkan hidup. Entah bagaimana dengan ibunya dan seorang adiknya laki-laki yang memilih untuk menyambung hidup bersama eyangnya. Ia juga sadar bahwa adiknya tidak seayah dengannya. Ia bergurau kepada Torone tentang kepergiannya ke luar negeri dengan sepengetahuan Bu Samakin. Ia menyempatkan waktu untuk mendapat izin dan restu dari wanita yang sudah lebih dekat dengannya dari pada ibunya sendiri. Alasannya meminta restu Bu Samakin agar merasa bersalah bila mayatnya tidak berpulang ke negerinya sendiri. 

Torone tertawa dengan sangat keras membuat para pengunjung yang juga turut berdestinasi di Menara Eiffel memalingkan wajah. Ia tahu betul bagaimana sikap Fraster. Mungkin kemustahilan bila ia menghadap Bu Samakin dan memohon izin untuk bepergian. Seyakin Torone bahwa kepergian Fraster adalah luka yang pulih bagi Bu Samakin. Wanita yang tidak mengenal lelah itu mungkin dapat sedikit lega untuk mendengarkan kicauan dari tetangga. Apa pun yang terjadi dan peristiwa yang melibatkan murid didiknya pasti ada kaitannya dengannya. Bu Samakin memarahi kami karena salah satu alasan yang kuat, Ia ingin kami menjadi manusia dewasa. Hidup dalam pilihan-pilihan yang beradab dan berahlak mulia. Giliran Torone yang membuat Fraster tenggelam dalam kepedihan yang dalam. Mendengar cerita Torone memberikan aura positif bagi Fraster, setidaknya Ia memiliki seseorang yang jauh lebih berbeban berat.

Awalnya, Torone diiming-imingkan oleh ayahnya untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya. Arsitektur tentu adalah jawaban yang mudah baginya, . Modalnya dalam menggambar, mendesain, dan memadukan warna adalah keunggulannya di sekolah. Namun, peristiwa yang mendukakan hatinya tidak pernah dapat dilupakannya. Ibunya yang telah sekarat di ruangan putih dengan deretan pisau menikam tubuh ibunya karena stres terpaksa meninggal dalam pelukan Torone. Ibunya senang sekali melihat bangunan-bangunan tinggi meskipun hanya dalam sebuah foto. Ayah yang dekat dengan bangunan itu tidak pernah mengizinkan ibu untuk keluar dari rumah. Alasan yang sungguh tidak dapat dimaklumi. Ayah malu dengan penampilan ibu. Ibu memang tidak sebaik penampilan ibu-ibu yang ditemukan di dalam rumah setiap orang. Sejak ibu kecil, ia merasakan cukup banyak penganiayaan karena kondisi orang tua yang keras dalam memperlakukan anaknya. Namun, bagiku Ia adalah ibu yang memberiku dengan tulus kasih sayangnya dan mengingatkanku tentang arti sebuah perjuangan. Ia tidak mengeluh bila keinginannya tidak dapat dipenuhi. Ia tidak marah bila dihina oleh ayah setiap hari. Ia juga tidak menuntutku untuk melakukan apa pun yang ia inginkan, bukan seperti ayah. Ekspetasi yang dibuat tinggi membuat aku melayang untuk menggapainya. Ibu yang selalu mengajariku di rumah. Memperkenalkanku pada warna sesekali cerita kesakitan yang membuatku terharu. 

Torone diusir oleh  ayahnya dari rumah karena memenuhi permintaan istri baru ayahnya. Ia mendatangi pusara ibunya dan bertekad untuk mengambil banyak foto bangunan tinggi untuk memperlihatkan pada ibunya. Perjalanannya ke Paris merupakan hasil dari bayaran yang diterimanya dari penyiaran radio yang sekalian memperkenalkannya pada informasi tentang hal-hal menarik dan kabar terbaru dari setiap daerah. Setelah mengambil gambar pada Canton Tower yang berada di Cina. Torone menuju Paris dan bertemu dengan Fraster di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun