Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Emak, You Can't Live with Them, You Can't Live Without Them

14 Mei 2021   13:30 Diperbarui: 14 Mei 2021   13:46 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: growingyourbaby.com

Tulisan ini terinspirasi dari pertunjukan komedi Sebastian Tan (Broadway Beng).

Saat Mother’s Day beberapa waktu lalu, saya tidak sengaja menonton stand-up comedy Sebastian Tan yang dikenal dengan dengan nama panggung Broadway Beng. Dalam pertunjukkan tersebut, Beng menceritakan bagaimana hubungannya dengan sang ibu yang campur aduk: benci, sayang, rindu.

Pada pagi hari saat bangun tidur, suara pertama yang didengar adalah omelan emak membangunkan anak yang membuat anak jengkel. Saat malam hari sebelum tidur, suara terakhir yang didengar juga suara emak ngomel karena pulang malam. Menurut Beng, emak adalah seseorang yang istimewa, you can’t live with them but you can’t live without them.

Saya pikir apa yang diceritakan oleh Beng dialami banyak orang, termasuk saya. Mendengarkan omelan emak memang sering membuat kuping panas. Dan yang menjengkelkan, rentetan omelan emak serasa tidak habis-habisnya. Apa saja diomelin. Seringkali omelan emak masuk kuping kanan keluar kuping kiri.

Saat remaja, hormon pubertas membuat jiwa pemberontak pun muncul. Sekarang emak punya sparring patner. Emak ngomel, saya pun membantah. Ngeyel kalau dibilangin. Kalau suasana sudah mulai memanas, saya langsung masuk ke dalam kamar ataupun pergi ke luar rumah. Daripada pusing sakit kepala.

Yang lucunya, walaupun sedang perang dingin dengan emak, kalau lagi lapar, tetap saja masakan emak dimakan. Memang masakan emak tiada duanya. Mungkin rasa dan tekstur makanannya ataupun penyajian masakannya tidak sesuai standar koki profesional. Namun bagi anggota keluarga, entah kenapa masakan emak memang yang paling lezat. 

Saya pikir keistimewaan masakan emak ini juga yang membuat orang-orang selalu rindu pulang kampung, rindu masakan emak. Rendang, gulai, dendeng balado, udang balado, ayam kalasan, dan urap adalah masakan emak yang paling saya rindukan.

Hal lain yang membuat kita sayang pada emak adalah emak yang telaten menjaga dan merawat kita saat sedang sakit. Walaupun memang diomelin juga, “Tuh kan apa Emak bilang. Makanya kalau main harus hati-hati. Jangan lari-lari gak karuan. Kan jatuh jadinya. Kalau luka begini kan sakit”.

Kalau sedang demam atau flu, emak juga mengompres kepala dan mengoleskan badan kita dengan minyak atau balsam agar badan tetap hangat. Kalau sakitnya parah, emak tidak tidur menjagai kita. Bahkan anak laki-laki yang biasanya ingin terlihat maskulin dan kuat, kalau sudah sakit, manjanya minta ampun ke emak.

Bagi orang-orang yang merantau dan nge-kost saat kuliah atau bekerja, omelan emak di pagi hari justru dirindukan. Tidak jarang terpaksa bolos kuliah atau terlambat datang ke kantor karena terlambat bangun. Padahal jam weker sudah dipasang dan diletakkan di dekat tempat tidur. Pergi ke kampus atau ke kantor pun melewatkan sarapan pagi. Kalau ada emak, pasti tidak akan terlambat bangun dan sudah sarapan.

Urusan makan pun punya kerepotan tersendiri. Kalau di rumah, apa-apa sudah tersedia. Kita tidak usah repot-repot masak bagi yang mau masak. Bagi yang membeli makanan di luar, terpaksa membeli makanan yang belum tentu terjamin kebersihannya. Kalau di rumah, kita bahkan bisa request ke emak mau dimasakin apa hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun