Mohon tunggu...
Helen Adelina
Helen Adelina Mohon Tunggu... Insinyur - Passionate Learner

Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value - Einstein

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Opini Seorang Silent Reader tentang Para Kompasianer

3 April 2021   15:49 Diperbarui: 3 April 2021   16:03 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bapak Susy Haryawan, yang menuliskan di profilnya “bukan siapa-siapa”, bagi saya adalah seseorang yang "benar-benar siapa-siapa". Isu politik menjadi spesialisasi beliau, meskipun beliau juga menulis topik lainnya seperti edukasi, kuliner, bahkan novel. 

Bahasa beliau yang lugas seringkali membuat teman saya yang berbeda pendapat menjadi gerah. Ketajaman analisis dan kemampuan beliau melihat sesuatu yang jarang dilihat orang lain, menjadi keunggulan beliau. Tidak heran beliau pernah dinobatkan sebagai Kompasioner of The Year

Ngomong-ngomong, Pak Khrishna, kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, apakah istilah ini menjadi “Kompasioner Terbaik Tahun Ini”? Bercanda, Pak.

Satu lagi kompasioner yang cukup unik menurut saya adalah Ibu Leya Cattleya. Tulisan-tulisan beliau cukup panjang dan sangat berbobot, lengkap dengan referensinya. Membaca tulisan-tulisan Ibu Leya memang tidak bisa sambil leyeh-leyeh karena membutuhkan konsentrasi penuh. 

Tulisan-tulisan Ibu Leya membawa saya kembali ke masa-masa kuliah, dimana draf laporan dan hasil penelitian dicoret-coret oleh dosen saya. “Mana referesensinya? Ini tulisan ilmiah, bukan tulisan populer”, begitu komentar dosen saya. 

Sayangnya Ibu Leya sudah jarang menulis akhir-akhir ini. Padahal tulisan beliau juga saya tunggu-tunggu, persis seperti mahasiswa menunggu dosen mata kuliah.

Nah, beralih ke dunia fiksiana. Favorit saya, Ibu Lilik Fatimah Azzahra. Saya sangat menikmati cerpen, novel ataupun puisi karya beliau. Penggunaan kata-kata yang tidak biasa dan terjalin indah layaknya untaian bunga penuh warna, dengan tema yang kadang sendu, kadang penuh kerinduan, kadang penuh harap. 

Cerpen-cerpen beliau yang seringkali misterius, juga tak kalah membuat bergidik. Jalan cerita yang tak terduga, membuat saya terbawa ke dalam arus cerita. Ada kalanya saya dibawa ke dalam penderitaan seorang perempuan. 

Di lain waktu, saya seperti berada di samping beliau layaknya seorang Sherlock Holmes, berusaha memecahkan misteri. Di lain cerita, saya dapat merasakan kebahagian si tokoh cerita yang bersatu dengan pujaan hatinya. 

Kemampuan menulis cerita layaknya air sungai yang mengalir ke lautan bebas, menjadi kekuatan beliau. Duet maut dengan Mba Desol yang senang bermain dengan belatinya, adalah momen yang ditunggu-tunggu. Sayangnya, Mba Desol sudah jarang menulis.

Kompasioner lainnya yang saya kagumi di dunia fiksiana adalah Ayah Tua. Sesuai namanya, tulisan-tulisan beliau menggambarkan kebijaksaan seorang tua yang telah melakukan perjalanan panjang dan banyak makan garam kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun