Mohon tunggu...
Helena
Helena Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Memiliki ketertarikan akan isu terbaru di dunia yang akan memberikan tanggapan, review akan fenomena yang terjadi di dunia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Hubungan Indonesia dan Malaysia: Satu Rumpun yang Menjadi Musuh Ketika di Arena Hijau

15 Juni 2022   23:15 Diperbarui: 15 Juni 2022   23:21 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat Indonesia tanpa memandang usia dan gender. Seiring perkembangan olahraga sepak bola, banyak masyarakat dengan penuh antusias mendukung timnya ketika bertanding di lapangan, karena rasa yang begitu bangga dan penuh semangat dengan tim yang didukung. Dengan adanya suporter juga membangkitkan rasa solidaritas bagi masyarakat yang mendukung tim bermain. Tetapi, para pendukung cenderung memunculkan sikap yang berlebihan sehingga, membuat suasana tidak kondusif dan adanya potensi timbulnya kericuhan antar pendukung. Fenomena ini terjadi karena adanya sikap fanatisme dalam diri pendukung padahal, kehadiran pendukung membantu memberi semangat dan membantu memeriahkan pertandingan. Padahal, suporter seharusnya dapat menyatukan kebersamaan.

            Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di kalangan pendukung terkadang tidak hanya terjadi dalam arena pertandingan tetapi berlanjut hingga sosial media. Setiap klub walaupun dari level terendah pasti memiliki penggemar fanatik karena, adanya ikatan kedaerahan, keluarga, golongan atau simpatik dengan para pemainnya (Su'udi 2006). Salah satu kerusuhan suporter adalah pertandingan sepak bola antara Indonesia melawan Malaysia yang sering terjadi tindakan diskriminasi antar kedua pendukung. Piala AFF 2020 yang sedang berlangsung pada saat itu, sedang mengalami kericuhan. Para pendukung tidak hanya berhenti melakukan aksi diskriminasi di lapangan tetapi juga pada media sosial. Peristiwa kericuhan dalam sepak bola antar pendukung bukan hal yang baru apalagi antarnegara Indonesia dan Malaysia yaitu pada tahun 2019 karena adanya serangan suporter Timnas Indonesia saat laga Kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK di Jakarta.  

            Perlu diketahui secara geografis Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang saling berdekatan sehingga, banyak persamaan antar kedua negara. Kesamaan yang ada antar kedua negara juga menimbulkan beberapa kericuhan. Pada 15 Desember 2021 UNESCO telah menetapkan Kain Songket merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Negara Malaysia dengan adanya pernyataan ini, Warga Indonesia beramai-ramai menyerang akun instagram UNESCO menggunakan tagar #SongketfromIndonesia. Padahal, para pemerintah Indonesia telah menyatakan bahwa, Indonesia dan Malaysia tidak perlu saling berseteru mengenai kain songket. Menurut Abdul Fikri selaku anggota DPR komisi X Negara Indonesia dan Malaysia memang memiliki kesamaan budaya bahkan, reog dan pantun juga terdapat di kedua negara ini dan pantun pernah menjadi warisan budaya bersama diantara kedua negara oleh sebab itu, Abdul berharap agar kebersamaan budaya juga dapat diterapkan di kain songket.

            Dalam sejarah Indonesia dan Malaysia memang memiliki rumpun yang sama. Namun, seiring perkembangan jaman telah menimbulkan perbedaan persepsi dari kedua negara. Perubahan persepsi mengenai budaya dan keserumpunan budaya dikarenakan adanya politik identitas bangsa modern sehingga, banyak warga dari kedua negara yaitu Indonesia dan Malaysia saling memperjuangan kepentingan nasional mereka (Mestika, 2015). Oleh sebab itu, hubungan kedua negara ini mengalami ketegangan dan mengkhawatirkan apalagi didorong dengan adanya globalisasi. Dengan ini, kedua negara memiliki rasa gengsi dan berusaha untuk saling mengunggulkan budaya dari negara mereka. Hal ini juga dapat dilihat dari pertandingan sepak bola ketika kedua negara bertanding dapat menarik perhatian yang lebih besar.         

            Piala AFF yang tengah berlangsung di tahun 2021, menjadi sorotan masyarakat Indonesia terutama pertandingan antara kedua negara yaitu Indonesia dan Malaysia. Pertandingan yang dilaksanakan di Nasional Stadium, Singapura pada hari Minggu, 19 Desember 2021 telah menjadi saksi ketegangan antar kedua tim dan kedua supporter. Pertandingan antar kedua negara selalu menjadi laga yang dramatis dan sentimen karena, kedua negara tidak hanya bertanding untuk merebutkan juara tetapi, juga membela negara mereka dan merasa gengsi jika kalah diantara kedua negara. Bahkan muncul pembicaraan para pendukung Indonesia yaitu "Boleh kalah dari tim manapun tetapi tidak dengan Malaysia". Sehingga, pernyataan ini mempertegas pertandingan Indonesia dan Malaysia juga untuk menjaga harga diri bangsa.

            Kerusuhan yang terjadi di dalam arena pertandingan diantara kedua pendukung tidak berhenti, melainkan tetap berlanjut dengan saling menjatuhkan di sosial media. Dengan keadaan seperti ini, pasti akan ada dampak yang besar jika tidak terselesaikan karena, adanya perselisihan yang terus berlanjut dan perlu diketahui banyak Warga Negara Indonesia bekerja di Malaysia yang dikhawatirkan akan terkena dampak dari keadaan ini. Maka, perlu adanya kesadaran dalam diri warga pentingnya dalam menggunakan sosial media secara bijak, terutama menjadi suporter agar tetap berfokus pada tujuan yaitu mendukung para pemain bukan menimbulkan kerusuhan. Dari hasil penelitian telah dapat dilihat masih banyak Warga Negara Indonesia yang merasa perlu untuk menjaga etika ketika menjadi suporter di lapangan dan tidak perlu dilanjut hingga sosial media. Tetapi yang terpenting adalah pemahaman akan latar belakang sejarah keserumpunan kedua negara karena, kericuhan dan rasa gengsi timbul dikarenakan kurang mengenal lebih dalam sejarah budaya dari kedua negara sehingga, timbul rasa saling berlomba untuk mengunggulkan budaya dari negara mereka.

Dari pernyataan diatas dapat dilihat kerusuhan yang terjadi karena ada rasa etnosentrisme yaitu rasa bahwa bangsa dan budaya mereka lebih unggul dari satu sama lain. Sehingga, untuk sebagai bentuk pembuktian mereka saling berlomba menunjukkan keunggulan dari kedua negara. Terutama, dalam pertandingan sepak bola merupakan arena pembuktian keunggulan dari kedua negara oleh sebab itu, banyak suporter melakukan aksi diskrminasi. Tetapi, dengan adanya tindakan diskriminasi akan membawa dampak bagi kedua negara yaitu dampak sosial, perdamaian hingga ekonomi. Dengan ini, kedua negara perlu mengenal sejarah lebih dalam dari kedua negara bahwa Indonesia dan Malaysia sebagai negara satu rumpun agar timbul rasa persaudaraan serta sebagai suporter perlu adanya etika dan harus bijak ketika mendukung tim yang bertanding dan adu suporter sebaiknya dilakukan di arena pertadingan saja tidak sampai sosial media.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Bachtiar, 2015. Fanatisme Kelompok Suporter Sepak Bola (Studi Kasus Panser Biru Semarang). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Malfaid, Iqni, 2013. Fanatisme Suporter Sepak Bola Untuk Menanamkan Solidaritas Sosial (Studi kasus pada suporter Pasoepati Kartasura). Surakarta: Digital Repository Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Susilo, Rachmad K. Dwi, 2008. 20 Tokoh Sosiologi Modern. Jogjakarta: ArRuzz Media.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun