Mohon tunggu...
Fiksiana

Tina Titin Afiyoka

8 Juni 2018   00:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   00:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

     "Mau ke mana, Dik?"

     "Tidak tahu bang." Sahut Tina apa adanya membuat tukang ojek itu bertanya lagi dan tanpa diminta Tina akhirnya bercerita sejujurnya, untungnya tukan ojek itu baik dan membantu Tina. Ia mengatakan punya teman dan mengajak Tina ke rumah temannya. Tanpa berpikir panjang Tina pun menurut sebab ia merasa tukang ojek itu sungguh-sungguh bermaksud menolong. Beruntungnya temannya itu juga baik, mereka sudah berkeluarga nama istrinya Endang suaminya Iwan dan seorang anak kecil sekitar usia 9 tahun namanya Putri. Tina di suruh mandi, di kasih pinjam baju dan di kasih makan. Tina akhirnya tinggal bersama mereka.

     Setelah beberapa hari di tempat mereka, Tina akhirnya dicarikan pekerjaan oleh Endang di tempat burung walet dengan gaji dua ratus ribu perminggu. Gaji pertama Tina kasih separuh kepada Endang separuh lagi untuk keperluannya sehari-hari. Keluarga Endang tinggal di rumah kontrakkan dengan satu kamar sehingga Tina harus tidur bersama mereka berempat tapi Tina dan Putri tidur di atas ranjang sedangkan Endang dan suaminya di bawah beralaskan karpet. Pada suatu malam Tina terjaga tanpa sengaja Tina melihat sepasang suami istri di kamar itu sudah melakukan hubungan suami istri membuat Tina memejamkan matanya, meski sudah selesai Tina bisa melihat dengan sangat jelas karena lampu di kamar mereka tidak pernah mati. Untungnya Iwan tidak sempat melihat Tina terjaga karena gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur lagi. Setelah kejadian itu Tina mulai merasa tidak nyaman apalagi Iwan pernah coba menggodanya. Karena sudah bekerja dan mendapakan gaji Tina berpikir harus meninggalkan keluarga itu untuk mengontrak sendiri. Niat baik Tina pun dikabulkan oleh Endang bahkan ia sempat memberi nasihat agar Tina jaga diri di luar sana. Wanita yang baik dan tidak akan pernah bisa Tina lupakan meski sejujurnya yang menyebabkan Tina pergi karena ia takut sama Iwan. Tina tidak akan menceritakan kejadian itu kepada Endang karena tidak ingin wanita itu sakit hati, tersinggung apalagi sampai bertengkar.

     Tina mendapatkan kontrakan di Rawa Bengkel karena tempat itu tidak jauh dari lokasi tempatnya bekerja. Tina tinggal sendiri dan itu membuatnya amat sangat sedih karena belum bisa mengabarkan tentang dirinya kepada kedua orang tuanya di kampung. Tina punya banyak teman kerja berasal dari Jawa mereka juga mengontrak di lokasi yang sama. Suatu hari Tina main ke kontrakkan mereka, ternyata di sana ada banyak anak laki-laki dan salah satunya laki-laki gondrong saat Tina lewat di depannya ia menggoda Tina dengan mencolek bokong Tina membuat Tina marah besar. Tanpa disangka ternyata laki-laki itu malah menitip salam pada salah satu temannya untuk Tina. Dengan berjalannya waktu laki-laki itu memperlihatkan keseriusannya kepada Tina hingga Tina pun mengatakan kalau ingin menjadi pacarnya harus potong rambut dan itu dikabulkan oleh laki-laki yang ternyata bernama Bunawi.

     Setelah hubungan mereka berjalan enam bulan Bunawi mengenalkan Tina kepada kedua orang tuanya. Entah tidak tahu mengapa Tina percaya sama Bunawi, Keseriusan dan ketulusan serta memperlihatkan karakter apa adanya membuat Tina luluh dan mau dibawa ke rumah orang tuanya di Cirebon. Di rumah Bunawi kedua orang tua pria itu menanyakan tentang Tina, asal usul serta keberadaan orang tuanya. Tina mengatakan ia berasal dari Rejang Lebong, Bengkulu. Ia merantau sudah empat tahun tidak pulang.

     "Bunawi mengatakan ia ingin menikahimu." Ujar ibunya Bunawi. "Jadi kamu harus menghubungi kedua orang tuamu di kampung."

     "Aku tidak punya nomor keluargaku, sebab waktu sampai di Jakarta aku kehilangan nomor mereka." Kata Tina tidak tahu mengapa ia bisa bicara seperti itu. Wanita yang punya anak tunggal itu melirik suaminya yaitu ayahnya Bunawi. Bunawi memang sudah cerita sedikit mengenai kondisi Tina kepada kedua orang tuanya. Melihat kedua remaja itu sudah sangat dekat dan saling suka kedua orang tua Bunawi tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya ibu Bunawi mengatakan.

     "Kalau begitu kamu menikah harus memakai wali hakim, kamu mau pakai wali hakim?"

     "Mau." Jawab Tina karena tidak punya pilihan. Ia tidak bisa menghubungi keluarganya bertahun-tahun dan yang pasti tidak tahu bagaimana caranya pulang kampung. Jangankan pulang, jalan pulang ke Lebong saja ia tidak tahu sebab waktu naik bis ia hanya tidur. Dari yayasan langsung dibawa ke rumah majikan laknat itu dan sekarang ia bertemu dengan seorang pria yang tulus mencintainya dan berniat menikahinya. Apakah ada pilihan lain selain menerima lamarannya?

     Tina akhirnya menikah dengan Bunawi dengan perasaan sedih karena tanpa kehadiran kedua orang tuanya serta sanak saudaranya.

---000---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun