Mohon tunggu...
Fiksiana

Tina Titin Afiyoka

8 Juni 2018   00:00 Diperbarui: 8 Juni 2018   00:26 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Selama bekerja di rumah gedongan itu Tina tidak pernah menerima gaji karena kata teman-temannya gaji akan keluar setelah mereka bekerja selama empat bulan. Pekerjaan yang tidak bisa dibilang ringan, karena rumah itu bertingkat empat walau lantai paling atas digunakan sebagai tempat masak sekaligus tempat serba guna.

Esok adalah genap empat bulan Tina bekerja di tempat neraka itu, minggu pagi Tina mengambil permen coklat kecil di dalam kulkas, permen yang sangat kecil seharga sekitar lima ratus perak di warung-warung. Majikannya yang bernama Dewi kebetulan melihat dan langsung menampar Tina.

"Tukang maling!" hentaknya. Bukan Dewi saja, Tina dikelilingi oleh majikan yang lain. Ada Oma, nenek mereka, ada juga yang pria yang suka bolak-balik singapura. Dipanggil tukang maling Tina merasa sangat sedih. Ingin sekali ia mengadu ke ibunya yang di kampung tapi apa daya ia tidak memiliki nomor telepon karena diambil si A. Entah ke mana perginya wanita durjana itu, jangankan datang menayakan kabar Tina saja tidak pernah. Ia mungkin sudah memakan uang 30 juta dari hasil menjual Tina untuk dijadikan budak di rumah itu.

Paginya, sekitar pukul delapan selesai beres mengepel Tina membawa baskom lalu ia letakkan baskom itu di tangga karena dipanggil oleh Susan. setelah itu terdengar suara nona Dewi yang kebetulan lewat tangga.

     "Tina...!" ia memanggil salah satu teman Tina yang punya nama sama dengan Tina. Tapi di sana Tina dipanggil Rahel. Mendengar panggilan keras itu membuat Tina buru-buru datang. "Siapa yang menaruh baskom di tangga?" bentaknya.

     "Hmm....  mungkin Rahel, Non." Jawabnya dengan gugup. Detik berikutnya nama Rahel yang menjadi sasaran terikan pagi itu. Tina langsung datang namun langsung disambut dengan lemparan baskom dan mengenai tangannya, lagi-lagi Tina menangis sambil dalam hati berkata 'Aku harus kabur dari neraka ini!'

     Pukul tiga dini hari Tina membereskan tasnya meski hanya satu stel pakaian. Ia menaruhnya di bawah mobil yang ada di teras lalu ia tidur lagi.

Setelah azan subuh, Tina buru-buru bangun lalu pura-pura mengepel di lantai dua dan saat itu ia melihat salah satu temannya membuka pintu gerbang. Ternyata dia disuruh  oleh majikan membeli sesuatu di warung dan sepertinya ia lupa mengunci pintu kembali dan itu tidak biasanya. Itulah kesempatan yang tidak akan pernah datang untuk kedua kalinya bagi Tina untuk kabur. Tina berhasil kabur lewat lantai satu tanpa memikirkan lagi soal gaji yang seharusnya ia terima hari itu.

---ooo---

Di mana Tina?

Seminggu setelah kepergian Tina ke Jakarta si A mengabarkan kepada keluarga lewat telepon bahwa Tina hilang karena kabur dari yayasan. Dengan memberi kabar seperti itu sepertinya lepas sudah tugasnya tanpa memikirkan bagaimana efek keluarga yang mendapatkan berita yang diluar dugaan itu. Dengan santainya si A mengatakan Tina bandel dan berani kabur dari yayasan. Upik ibunya Tina seperti orang kehilangan akal mendapat kabar dari si A. Keluarga besar Tina pun bermaksud melaporkan si A ke polisi mendapat info seperti itu si A bukannya takut malah menyelecehkan keluarga Tina dengan mengatakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun