Mohon tunggu...
Didi Jagadita
Didi Jagadita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Perlunya Bangun Benteng Kuat

13 Agustus 2020   20:12 Diperbarui: 13 Agustus 2020   20:13 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang kini terjebak pada perbedaan yang sebenarnya tidak benar-benar mereka pahami. Perbedaan itu semakin tajam dengan adanya media sosial yang berisi narasi tanpa konfirmasi. Pengguna media sosial dengan berbagai ragam latar belakang dan visi mereka mencomot  informasi dari sana sini tanpa moderasi dan konfirmasi.

Akhirnya informasi menjadi liar dan berubah sana sini sehingga membingungkan orang. Lebih parah lagi, informasi yang mungkin disinformasi itu sering menjadikan orang sangat percaya dan tidak mengindahkan pendapat yang berbeda.

Fenomena ini sering kita temukan  ketika kita menghadapi perhelatan politik, dalam hal ini pemilihan umum, dari pemilihan untuk daerah tingkat satu dan dua sampai pemilihan presiden. Tentu kita ingat  dua pilpres terakhir dan pilkada Jakarta yang sangat berdampak itu. Pilkada dan Pilpres itu sangat membelah masyarakat karena mereka dicekoki dengan informasi yang menyesatkan.

Hal ini berlaku juga pada ideologi berlandaskan agama dan bentuk negara ke-khilafahan yang sering mereka bawa sebagai ideologi ideal bagi bangsa kita. Seperti halnya informasi soal politik seperti yang disebutkan di atas, soal ideologi juga menjadi topic yang banyak dibincangkan di media sosial dan membuat banyak orang menjadi disorientasi informasi.

 Padahal kita tahu bersama, bentuk negara dan ideologi itu menjadi semacam'bom' bagi beberapa negara penganut faham itu. Kita lihat bagaimana ISIS bubar dan dihancurkan oleh negara penganut agama yang sama dengan mereka.

Kita, bangsa Indonesia adalah negara dengan berbagai macam keragaman --dari etnis, bahasa sampai keyakinan. Ada ratusan bahkan ribuan keragaman yang ada di negara ini dan selama ini bisa kita satukan dengan ideologi Pancasila. Bahkan kita tahu banyak bangsa asing yang kagum dengan keragaman dan harmoni yang bisa kita ciptakan dari ribuan keragaman itu.

Belajar dari kejadian ISIS dan beberapa negara yang gagal mengelolanya karena ideologi , kita juga harus kembali melihat sisi minus dari system itu.  Radikalisme dan terorisme di sisi lain amat mengganggu keamanan bangsa dan negara.  Heterogenitas dan keberagaman Indonesia tidak mungkin bisa dimampatkan dalam satu 'warna' etnis dan keyakinan.

Karena itu tidak heran jika pemerintah dengan tegas akan melakukan penanggulangan serius soal paham dan gerakan radikalisme, terutama membuat Pancasila lebih kokoh sebagai dasar kebangsaan kita semua. Radikalisme mirip dengan musuh yang selalu mengintip dan menjadi ancaman kebangsaan kita.

Bagi masyarakat sendiri, kita perlu bersama-sama untuk membekali kita dengan pemahaman cukup soal kebangsaan kita dan pemahaman bahwa tidak semua ideologi bisa diterapkan pada negara kita. Bekal itu bisa menjadi benteng kuat untuk menjaga bangsa ini selamanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun