Mohon tunggu...
Didi Jagadita
Didi Jagadita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Lihat Perbedaan sebagai Musuh

5 Maret 2020   04:30 Diperbarui: 5 Maret 2020   04:35 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia sejak lama dikenal sebagai negara besar karena penduduknya mencapai 265 juta orang. Sebagian besar dari penduduk kita menganut agama Islam, dan selebihnya agama Kristen Protestan, katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.

Sama dengan Indonesia, India juga punya berbagai macam etnis di negaranya.  Negara yang kini punya penduduk sebesar 1,3 Milyar itu, 80  % nya merupakan umat Hindu dan lainnya minoritas. Jadi India dan Indonesia nyaris sama tetapi  jika Indonesia, mayoritas penduduknya beragama Islam, maka mayoritas di India adalah Hindu.

Beberapa pihak di India dengan terang-terangan ingin mewujudkan supremasi Hindu di negara itu. Mereka ingini India didasari oleh hukum Hindu dan dikenal sebagai negara Hindu di dunia. Alasannya, ada beberapa tetangganya seperti Pakistan dan Afganistan memakai dasar hukum islam sebagai landasan negaranya.

Keinginan India untuk menjadikan negara religi (agama) memang merupakan hak dari negara tersebut. Namun patut dicatat bahwa sama halnya dengan Indoensia, negara India selama ini dikenal sebagai negara demokrasi sehingga fenomena itu patut kita sayangkan. Karena bukan saja meruapakan kemunduran bagi demokrasi, namun negara yang berdasar hukum agama memang secara global mulai ditinggalkan karena tidak kondusif terhdap keberagaman.

Fenomena intoleransi akan tumbuh subur di negara religi karena negara religi umumnya tidak memberi ruang toleransi bagi pihak yang berbeda. Padahal perbedaan dan keberagaman pada masa ini adalah suatu keniscayaan.

Banyak kasus dimana intoleransi membuat radikalisme atau kekerasan tumbuh subur. Pada bentrokan akhir Januari di India misalnya. Kekerasan ini terjadi karena uu yang bersifat diskriminatif terhadap warga muslim. 

Bentrokan di india itu membawa puluhan korban umat muslim padahal negara India sejak dulu menjunjung tinggi kesetaraan. Kesetaraan dan demokrasi dilakukan oleh tokoh negara itu seperti Mahatma Gandhi dan Nehru. Hanya saja semangat demokrasi itu makin ditinggalkan India. Ini satu hal yang patut disayangkan.

Akan halnya dengan Indonesia yang punya keberagaman etnis dan agama dan beberapa keragaman yang lain, juga punya fenomena intoleransi yang meningkat. Radikalisme juga alami hal yang sama, sejak awal 2000 dimana terjadi bom bali dan beberapa kejadian lain sampai akhir 2019 lalu.

Dari fenomena radikalisme Indonesia di dapat bahwa akarnya adalah agama garis keras dimana para pelaku mengklaim bahwa apa yang mereka lakukan berdasar ajaran agama.

Mungkin kita perlu memperkuat pemahman soal akar kita sebagai bangsa yang sangat beragam ini.  Kita bersatu karena keberagaman itu sendiri. Suatu perbedaan yang saling memperkuat. Dengan selalu mengingat ini mungkin kita tak perlu seperti India yang melihat pihak lain yang berbeda itu sebagai musuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun