Jangan lupa pada saat pencalonan, pasangan "Cekas" membawa visi dan misi yang menjadi harapan jutaan rakyat Karawang. Visi-nya adalah "Mewujudkan Karawang Mandiri, Bermartabat dan Sejahtera untuk Semua.
Misi-nya: 1. Menumbuhkan dan menggerakkan potensi masyarakat serta potensi lokal pedesaan yang kreatif, guna membangun Karawang yang berkualitas dan berdaya saing. 2. Memperkuat tata kelola pemerintahan secara profesional dan mengerakkan partisipasi publik. 3. Mewujudkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 4. Mewujudkan Karawang nyaman dan aman dengan membangun infrastruktur. 5. Mewujudkan percepatan pengentasan kemiskinan dan pengangguran. 6. Memperkokoh kehidupan sosial bermasyarakat melalui peran pemuda, olahraga dan budaya dalam kearifan lokal.
Selain itu, program prioritas pembangunan daerah yang akan dilakukan Cellica-Aep adalah program peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.
Menurut pengamat sosial politik, ekonomi dan bisnis, Heigel mengatakan, pertama saya luruskan dulu, ya.. supaya jelas, katanya.
"Karawang itu belum punya pemimpin baru, Cellica itu pemain lama. Jejak rekamnya kan, 2010 menjadi Wabup pasangan Bupati Ade Swara, 2014 jadi Plt Bupati, 2015 definiif menjadi Bupati Karawang berpasangan Wabup Ahmad "Jimmy" Zamakhsyari.
Sekarang 2021 Cellica jadi Bupati Karawang ke dua kalinya, pasangan Wabup Aep Syaepuloh. Nah pemimpin baru Karawang itu Aep Syaepuloh yang menggantikan posisi Jimmy, selaku Wakil Bupati Cellica kemarin itu," jadi jelas dulu duduk persoalannya.
Saya ucapkan selamat atas pelantikan Bupati/Wakil Bupati Karawang, semoga langgeng tidak ada masalah berat. Karena masyarakat Karawang tidak ingin mendengar lagi pasangan Bupati/Wabup terkesan pecah kongsi. Semoga tetap harmonis, serta bisa menjalankan tugas dan amanah masyarakat sampai akhir masa baktinya," ucap Heigel.
"Tapi intinya Karawang itu belum punya pemimpin baru, bisa diprediksi Karawang tidak akan banyak berubah. Sebabnya pola lama, ya... begitu-begitu saja. Kalau orang terlalu lama berkuasa, empat belas atau lima belas tahunan lamanya, itu juga kurang baik dalam demokrasi, kecuali diktaktor. Pola kerja kepemimpinan lama kan mudah dibaca.
Menurut dalil Lord Acton: "Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely"Â (Kekuasaan itu cenderung korup. Kekuasaan absolut, mutlak korup seratus persen).
Korupsi pada dalil Acton itu bukan hanya terkait uang, benda, materi. Melainkan juga politik atau kebijakan publik. Lebih parah lagi jika korupsi kekuasaan itu dibalut oleh ambisi, demi demokrasi, ingin lama-lama berkuasa, keenakan jadi feodalism. Jabatan itu berkaitan dengan fasilitas, nikmat hidup, lifestyle.