Elo hebi mang su sasangitang
Me’tahendung I kekendaghe
Tawe apa ta ku I pebera
Nasipe sembeng kerene
Mang su sasangitang
Mang takasaliwuhang
Su sangi su naung
Apang elo hebi
SELASA, 21 Juni 2016, tangis pecah di Kabupaten Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. Perubahan cuaca ekstrim tiba-tiba membawa kabar duka dari daerah pulau-pulau yang berbatasan dengan Filipina itu. Delapan kecamatan diterjang banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang Selasa (21/06) pagi. Data sementara, sedikitnya sudah empat (4) korban meninggal dunia, sekitar 200-an rumah rusak berat.
Selain itu, ada ratusan rumah yang hanyut, tidak sedikit yang sudah tertimbun tanah longsor. Paling parah wilayah Kecamatan Tahuna Barat, Tahuna, Manganitu, Manganitu Selatan, Tatoareng, Kendahe, Tabukan Utara dan Kecamatan Tamako.
Selebihnya, hingga Selasa malam, sekitar 200 orang warga Kecamatan Tahunan Barat dilaporkan terisolasi akibat tanah longsor. Otoritas terakit di Kabupaten Sangihet masih terus melakukan pendataan terkait dengan korban yang mengalami luka-luka.
Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Drs Hironimus R Makagansa dan Jabes Ezar Gaghana, langsung turun lapangan bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Sangihe dibantu TNI–POLRI, Tim SAR, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial (Dinsos), Dinas Pekerjaan Umum (PU), sejumlah relawan, dan masyarakat setempat.
Tim gabungan ini melakukan pendataan, mendirikan Posko Tanggap Darurat (Postada) di setiap Kecamatan. Dapur umum didirikan, sebagai upaya penanganan darurat terutama di daerah terparah di Desa Kolongan Akembawi dan Desa Kolongan Beha, Kecamatan Tahuna Barat.
Beberapa titik lain yang juga parah yaitu Manganitu, Tamako, dan Bulude Tamako. Sementara aktivitas di Pelabuhan Tahuna terpantau lumpuh total karena amukan ombak setinggi 6 meter yang menerjang seantero pesisir teluk Tahuna.
Di Kolongan Akembawi, dari sebuah video ini yang dibagikan BPBD Kepulauan Sangihe, banyak warga yang berlindung di bangunan gereja dan akhirnya harus berhamburan keluar saat terjadi longsoran tanah dari arah perbukitan. Material tanah mulai merosot mendekati pemukiman. “Lari…lari…lari terus…!” suara warga yang terekam tengah berlarian panik menerobos jalan yang masih diguyur hujan.
Di Kolongan Beha, ratusan penduduk telah diungsikan ke gereja. “Pemerintah daerah menyediakan dapur umum untuk kebutuhan para pengungsi. Saat ini ratusan rumah di Kecamatan Tahuna Barat rusak tertimbun longsor. Selain akibat longsor, puluhan rumah juga di Kelurahan Kolongan Beha juga hilang tersapu banjir bandang,”ujar Wakil Bupati, Jabes Ezar Gaghana SE ME yang sejak pagi sudah berada di lokasi bersama masyarakat.
Kejadian yang memilukan mengundang simpati netizen yang kemudian diposting di berbagai media sosial seperti pengguna akun Jull Takaliuang dan Novri Takalumang. “Pray for Sangihe,” tulis mereka di sebuah jaringan medsos.