Mohon tunggu...
Haryo Utomo Suryosumarto
Haryo Utomo Suryosumarto Mohon Tunggu... -

Bekerja sebagai "opis boi" di sebuah perusahaan executive search consulting yang berlokasi di bilangan segitiga emas Jakarta. Berusaha untuk menulis dari hati dan mengabaikan semua aturan baku demi menghasilkan tulisan yang benar (dan semoga juga baik).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanggapan Terhadap Tulisan "Sarjana Jaga Toko"

19 Januari 2010   11:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:23 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Catatan: Tulisan ini merupakan tanggapan saya terhadap artikel yang ditulis oleh Mas Pras berjudul Sarjana Jaga Toko. [caption id="attachment_57037" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi: Getty Images"][/caption] Mas Pras, saya pikir agak kurang bijaksana kalau kita terlalu cepat menyamaratakan, terlalu cepat mengambil kesimpulan dan kemudian meng-under estimate posisi pada sebuah lowongan kerja, yang kebetulan diiklankan oleh sebuah perusahaan yang selama ini identik dengan mini market di area perumahan. Untuk sekedar diketahui, posisi Management Trainee bukanlah posisi jaga toko. Management Trainee merupakan salah satu posisi entry level yang memang diperuntukkan bagi lulusan sarjana, dan (khusus untuk perusahaan mini market ini) para sarjana tersebut direkrut bukan melulu diminta untuk menjaga toko, tapi lebih condong diarahkan untuk menguasai secara mendalam aspek manajemen operasional perusahaan yang bergerak di bisnis retail dalam beberapa tahun kedepannya, khususnya yang berkaitan dengan penjualan fast moving consumer goods (FMCG). Untuk orang awam seperti saya, anda dan mungkin juga juga banyak orang lainnya, sepertinya bisnis retail adalah hal sepele yang bisa dipandang sebelah mata, tapi sebetulnya bisnis retail (apalagi yang melibatkan cabang dalam jumlah besar di segala penjuru Indonesia dengan ribuan item barang) memiliki manajemen yang lebih rumit daripada yang kita bayangkan selama ini, karena menyangkut aspek supply chain, logistics, accounting, leadership, IT, customer service dan lain sebagainya). Kalau dianalogikan, perusahaan ini lebih memilih untuk memetik buah dengan terlebih dahulu menanam bibit yang lebih murah meskipun waktu yang dibutuhkan untuk memanen nantinya akan lebih lama dibandingkan dengan membeli buah yang sudah matang (dan dengan harga yang lebih mahal) di pasar -- sehingga mereka berpikir lebih baik mendidik para sarjana yang belum tahu apa-apa untuk kemudian mengharap agar para sarjana yang sudah dididik tersebut bisa masuk ke jajaran manajemen dalam lima sampai sepuluh tahun kedepan, dibandingkan berusaha untuk mempekerjakan manajer berpengalaman dari perusahaan kompetitor, yang notabene belum tentu cocok juga dengan kultur perusahaan yang sudah dibangun selama ini. Saya jadi teringat salah satu teman saya yang setelah lulus kuliah kemudian mengikuti program Management Trainee di sebuah perusahaan consumer goods multinasional. Anda tahu apa yang dia lakukan setelah lulus program Management Trainee? Yang dia harus lakukan pada awal karirnya adalah keluar masuk pasar tradisional di seantero Jabodetabek untuk menjalin komunikasi dengan bakul-bakul barang kelontong yang telah setia menjual produk perusahaan tempatnya bekerja. Selain berusaha mendapatkan masukan dari ujung tombak penjualan (para pengecer), dirinya juga berusaha untuk membangun customer loyalty dengan menjalin komunikasi secara langsung dengan para konsumen yang ditemuinya di pasar. Kurang lebih satu setengah tahun dilalui oleh teman saya untuk keluar masuk pasar yang identik dengan kotor dan bau. Tapi dari situ perlahan-lahan posisinya naik, dan kabarnya setelah sepuluh tahun berlalu sejak dia rajin keluar masuk pasar, posisinya kini sudah naik lagi menjadi Marketing Manager salah satu produk hair care ternama dengan gaji tak kurang dari 24 juta rupiah per bulan, belum termasuk berbagai benefit lain dan bonus yang berhak diterima sesuai dengan performa kerjanya. Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menyerang pandangan orang lain (dalam hal ini Mas Pras sebagai penulis artikel yang saya tanggapi ini), karena sah-sah saja orang memiliki pendapat yang berbeda terhadap satu hal yang sama. Hanya rasanya akan lebih baik kalau saya yang kebetulan cukup memahami struktur karir dan 'jeroan' di berbagai perusahaan kemudian berusaha memberikan klarifikasi. Tidak lebih agar hal ini bisa dilihat dan disikapi dari proporsi yang benar dan juga lebih obyektif. Terbukti tidak sedikit para profesional -yang kini merupakan petinggi perusahaan di Indonesia dan juga mancanegara- dulunya pun mengawali karir melalui program Management Trainee. Lagipula bukankah semakin banyak perusahaan yang 'berbaik hati' membuka program Management Trainee, maka makin terbuka pula peluang untuk para sarjana fresh graduates (yang katanya masih belum siap pakai itu) untuk memasuki dunia kerja di sektor formal?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun