Mohon tunggu...
Darwanto
Darwanto Mohon Tunggu... Freelancer - Pria manula, purnabakti PNS

Mencari, membagi, mensyukuri...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kala Beban Wanita Bertambah Saat Pandemi

14 Mei 2020   04:28 Diperbarui: 14 Mei 2020   04:44 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang reporter TV perempuan sengaja berkeliling di sebuah kota besar di Eropa yang sepi. Ia merekam wajah kota yang indah di malam itu karena sedang di-lockdown. Sekali-kali ia menyapa beberapa orang yang ditemui, yang antusias melihat suasana kota di malam hari, yang berbeda dengan malam-malam biasanya.

Sejenak ia terkejut melihat seorang perempuan duduk di bangku taman seorang diri. Sekilas wajahnya tampak tidak bahagia.

Reporter tadi menanyakan ada apa dengannya, yang dijawab oleh perempuan tadi bahwa ia enggan berada di apartemennya karena ada suaminya. Mereka sudah lama tidak akur, sering cekcok, bahkan sudah sepakat untuk bercerai. Namun pandemi Covid-19 membuat mereka harus berada bersama di kamar apartemen seluas 20 m2 itu.

Pada hari-hari sebelum lockdown ia bisa pulang ke apartemen sekali dua kali dalam seminggu, agar tidak sering-sering bertemu dengan si bedebah suaminya. Tapi selama lockdown, ia harus berada di apartemen itu berdua, karena suaminya juga tidak ada pilihan lain.

Setiap hari hanya kejenuhan dan kekesalan saja yang ada. Mereka tidak saling menegur lagi, karena tidak ada gunanya. Sudah ambyar, istilah Didi Kempot Almarhum. Daripada perasaannya tertekan, ia memilih duduk saja di bangku taman, di malam itu dan mungkin juga di malam-malam berikutnya.

Perempuan tadi bukan satu-satunya orang yang menderita psikis, yang bertambah berat dengan adanya pandemi.

Di belahan bumi lain, ada dua wanita lanjut usia, Ibu A berusia 75 tahun dan tetangganya Ibu N 60 tahun, yang menjadi korban penipuan dengan modus pendaftaran bantuan Covid-19 di sebuah kota kecil. Mereka kehilangan perhiasan berupa kalung dan cincin bernilai jutaan rupiah. Mungkin itu harta mereka yang terakhir.

Ada lagi wanita lansia, Ibu M (72 tahun) ditemukan tergeletak tak bernyawa di depan pintu kamar mandi, tidak ada yang membantu karena dia hidup seorang diri. Seorang wanita lansia lain, Ibu H (62 tahun), diusir keluarganya tanpa tahu salahnya. Ia duduk menangis di pinggir jalan saat ditemukan oleh seseorang yang lewat.

***

Kejahatan, perundungan, pertengkaran, kelaparan adalah beberapa masalah yang semakin banyak dihadapi kaum perempuan saat pandemi ini.

Di Jakarta, dalam waktu sebulan (16 Maret hingga 19 April 2020), Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH APIK Jakarta) menerima 97 pengaduan melalui telepon dan surat elektronik. Jumlah ini lebih banyak dari bulan-bulan sebelum ada pandemi Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun