Mohon tunggu...
Hayyun Nur
Hayyun Nur Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pemerhati Sosial

Seorang penulis frelance, peminat buka dan kajian-kajian filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Balaroa: 28 September 2018

30 September 2020   17:13 Diperbarui: 30 September 2020   18:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

3. Suara Ketukan Aneh di Pintu

-Hayyun Zsavana-

Sungguh. Itu benar-benar pengalaman pertama bagi saya.  Tersesat di sebuah lorong kecil yang hampir setiap hari dilalui. Bukannya tiba lebih cepat di pasar seperti biasanya . Malah kembali ke arah semula di jalan Kelor. Sungguh sangat aneh rasanya.  Saya tiba-tiba menjadi seperti orang linglung.  

Tapi sebelumnya,   suasana tak biasa memang sudah saya rasakan.  Sebagai kota yang dilintasi garis khatulistiwa,  Palu memang terkenal beriklim panas.  Sepanjang tahun,  musim panas cenderung lebih panjang ketimbang musim hujan.  Cuaca panas,  sudah menjadi hal biasa bagi warga kota.  

Tapi pagi  itu saya merasakan suasana panas yang tidak biasa.  Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyeruak begitu saya beranjak keluar rumah menuju pasar pagi itu. Hari belum lagi menunjukkan pukul 9 pagi.  Tapi matahari sudah memancarkan sinar  sedemikian panas.  Jauh lebih panas dari biasanya.  

Entah itu hanya perasaan pribadi.  Entah pula yang dirasakan orang lain. Hanya yang pasti saya merasakan sesuatu yang aneh dan tidak biasa dari cuaca panas di pagi itu.  

Demikianlah,  setelah sempat tersesat di lorong kecil itu,    akhirnya saya tiba juga di pasar Inpres.  Tak urung di sepanjang jalan saya terus membatin. "Ada apa dengan diri saya.  Kok bisa-bisanya tersesat di lorong kecil itu". Membatin seperti itu, hampir secara spontan tak henti pula  saya  membaca beberapa potongan ayat suci.  Setengah berbisik. Namun itu cukup berhasil menenangkan.  

Tiba di pasar,  urusan belanja kebutuhan sehari-hari segera saya selesaikan.   Singgah sebentar di tempat suami. Untuk mengambil beberapa ekor ikan segar yang baru tiba pagi itu.  Sekalian  membawakan jam tangan suami yang tertinggal. Akibat terburu-buru harus berangkat ke pasar lebih pagi dari biasanya.  Urusan di pasar selesai,  saya pun segera kembali ke rumah.  

Setelah itu, semua berlangsung seperti biasa. Tak ada yang istimewa.  Sambil menunggu suami dan anak-anak pulang,  saya hanya  mengerjakan pekerjaan selayaknya ibu rumah tangga yang lain.    Menyiapkan makan siang, bersih-bersih rumah,  dan beberapa rutinitas kerumahtanggaan  lainnya.  

Tak ada lagi kejadian aneh sejauh itu.  

Suasana sekitar kompleks perumahan juga demikian.  Tenang seperti biasanya.  Sesekali terdengar suara klakson motor dengan nada tertentu.  Itu khas  mas-mas penjual sayur keliling.  Langganan ibu-ibu di sekitar kompleks perumahan Balaroa. Termasuk tentu saja saya.  Mas-mas penjual sayur keliling itu  tak jarang menjadi solusi alternatif buat ibu-ibu seputaran kompleks. Utamanya ketika sewaktu-waktu tak sempat atau sedang tak bergairah berbelanja ke pasar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun