3. Suara Ketukan Aneh di Pintu
-Hayyun Zsavana-
Sungguh. Itu benar-benar pengalaman pertama bagi saya. Â Tersesat di sebuah lorong kecil yang hampir setiap hari dilalui. Bukannya tiba lebih cepat di pasar seperti biasanya . Malah kembali ke arah semula di jalan Kelor. Sungguh sangat aneh rasanya. Â Saya tiba-tiba menjadi seperti orang linglung. Â
Tapi sebelumnya, Â suasana tak biasa memang sudah saya rasakan. Â Sebagai kota yang dilintasi garis khatulistiwa, Â Palu memang terkenal beriklim panas. Â Sepanjang tahun, Â musim panas cenderung lebih panjang ketimbang musim hujan. Â Cuaca panas, Â sudah menjadi hal biasa bagi warga kota. Â
Tapi pagi  itu saya merasakan suasana panas yang tidak biasa.  Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menyeruak begitu saya beranjak keluar rumah menuju pasar pagi itu. Hari belum lagi menunjukkan pukul 9 pagi.  Tapi matahari sudah memancarkan sinar  sedemikian panas.  Jauh lebih panas dari biasanya. Â
Entah itu hanya perasaan pribadi. Â Entah pula yang dirasakan orang lain. Hanya yang pasti saya merasakan sesuatu yang aneh dan tidak biasa dari cuaca panas di pagi itu. Â
Demikianlah,  setelah sempat tersesat di lorong kecil itu,   akhirnya saya tiba juga di pasar Inpres.  Tak urung di sepanjang jalan saya terus membatin. "Ada apa dengan diri saya.  Kok bisa-bisanya tersesat di lorong kecil itu". Membatin seperti itu, hampir secara spontan tak henti pula  saya  membaca beberapa potongan ayat suci.  Setengah berbisik. Namun itu cukup berhasil menenangkan. Â
Tiba di pasar,  urusan belanja kebutuhan sehari-hari segera saya selesaikan.  Singgah sebentar di tempat suami. Untuk mengambil beberapa ekor ikan segar yang baru tiba pagi itu.  Sekalian  membawakan jam tangan suami yang tertinggal. Akibat terburu-buru harus berangkat ke pasar lebih pagi dari biasanya.  Urusan di pasar selesai,  saya pun segera kembali ke rumah. Â
Setelah itu, semua berlangsung seperti biasa. Tak ada yang istimewa.  Sambil menunggu suami dan anak-anak pulang,  saya hanya  mengerjakan pekerjaan selayaknya ibu rumah tangga yang lain.   Menyiapkan makan siang, bersih-bersih rumah,  dan beberapa rutinitas kerumahtanggaan  lainnya. Â
Tak ada lagi kejadian aneh sejauh itu. Â
Suasana sekitar kompleks perumahan juga demikian.  Tenang seperti biasanya.  Sesekali terdengar suara klakson motor dengan nada tertentu.  Itu khas  mas-mas penjual sayur keliling.  Langganan ibu-ibu di sekitar kompleks perumahan Balaroa. Termasuk tentu saja saya.  Mas-mas penjual sayur keliling itu  tak jarang menjadi solusi alternatif buat ibu-ibu seputaran kompleks. Utamanya ketika sewaktu-waktu tak sempat atau sedang tak bergairah berbelanja ke pasar. Â