Mohon tunggu...
Hayyun Nur
Hayyun Nur Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pemerhati Sosial

Seorang penulis frelance, peminat buka dan kajian-kajian filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sepenggal Kisah dari Balik Bencana Gempa, Likuifaksi, dan Tsunami Palu, Donggala, Sigi (2)

6 April 2019   16:46 Diperbarui: 28 April 2019   15:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

#NovelZilza

#Likuifaksi

#KisahNyataBencanaLembahPalu

RS Nasanapura: 5 Menit Sebelum Gempa

-Hayyun ZSavana-

Itu benar-benar hari yang sangat mencekam. Bagi kami sekeluarga.  Bagi seluruh pasien.  Keluarga pasien. Seluruh pengunjung RS Nasanapura. Pasti juga bagi seluruh masyarakat Kota Palu, Donggala, dan Sigi.   Tiga daerah di wilayah Sulawesi Tengah yang mengalami dampak terparah gempa,  tsunami,  dan likuifaksi. Di hari naas itu.  Jum'at,  28 September 2018. Tepat 6 bulan lalu.

Di hari yang sangat mencekam itu,  benar-benar hanya kuasa ilahi yang memungkinkan siapapun bisa selamat. Salah mengambil keputusan sedikit saja, taruhannya kehilangan nyawa. Siapapun pernah merasakan guncangan gempa bermagnitudo 7,4 SR,  seperti hari itu, hampir pasti berfikir,  mungkin dunia akan kiamat.  Itupula yang sempat terlintas di benak saya ketika itu.  Begitu dahsyatnya guncangan itu.

Begitulah.  Hari itu tepat jam 11.15 anak ketiga saya lahir. Perempuan.  Melalui rangkaian proses yang dramatis.  Di RS Bersalin Nasanapura.  RS yang beberapa jam kemudian menjadi saksi gempa dahsyat dan terjangan lumpur likuifaksi dari Kelurahan Petobo. RS Bersalin itu sendiri,  berada di wilayah Kelurahan Petobo.  Di ujung paling Barat.  Hanya sekitar 50 meter dari Jalan Dewi Sartika.  Ke arah Barat.

Kejadian-kejadian sesudah kelahiran putri ketiga saya itu,  awalnya berjalan normal. Berlangsung seperti biasa saja. Normal saja.   Kepanikan dan kecemasan berganti rasa lega dan gembira.  Tak terkira senangnya. Betapa tidak,  proses persalinan yang tadinya direncanakan melalui operasi cesar,  malah bayinya lahir normal.  Operasi yang dijadwalkan jam 13.00 di hari Jum'at itu juga,  batal dengan sendirinya.  Bayinya keburu lahir. Tepat 2 jam sebelum operasi.

Segera setelah lahir,  bayi perempuan itu diambil oleh seorang suster jaga.  Dibawa untuk dibersihkan.  Seingat saya tak sampai 5 menit,  diperlihatkan lagi kepada kami.  Sudah dalan keadaan bersih.  Sudah dibedong pula.  Oleh suster kami diajak untuk memeriksa kondisi fisik bayi. Agaknya ini prosedur standar. Mungkin berlaku di seluruh RS atau Poli Bersalin. Seluruh organ fisiknya diperiksa bersama. Ada tidak yang bermasalah.  Pendeknya dari ujung kepala sampai kaki. Kesimpulannya kondisi fisik bayi normal. Tidak ada cacat.  Timbangannya pun terbilang normal.  2,9 kg.  Tidak perlu perawatan khusus. Tidak perlu masuk inkubator.

Tak terkira senangnya.  Semuanya selamat.  Ibunya selamat.  Bayinya pun selamat.  Tak cacat pula. Setelah semuanya beres,  bayi cantik itu oleh suster dibawa ke ruang perawatan.  Setelah terlebih dahulu diberi gelang identitas.  Semua bayi di RS itu memang diberi gelang identitas. Yang dibagian atasnya terdapat tulisan "bayi" diikuti nama ibunya. Itu tentu karena bayinya belum punya nama. Jadi  di gelang itu bertuliskan "Bayi Ny.  Susi Susilawati. Tak disangka,  6 jam kemudian gelang kecil itu menjadi sangat penting artinya bagi kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun