Mohon tunggu...
Hayetun Toyyibah
Hayetun Toyyibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA AMIKOM

Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Penguasa Tempe Merambah Pasar Bangkalan dengan Pesat

16 April 2021   07:00 Diperbarui: 16 April 2021   07:09 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangkalan

Perjalanan seorang Bapak kelapa keluarga yaitu Pak Kussairi. Dia salah satu pengusaha pabrik tempe yang berada di Kota Bangkalan Madura, usaha pabrik tempenya sudah cukup untuk di katakana sukses. 20 tahun pabrik itu terus beroprasi hingga saat ini tanpa tutup seharipun kecuali hari-hari besar islam. Dalam kesuksesan tersebut tentu ada hal pahit yang pernah di lalu oleh Pak Kussairi bahkan sampai ada di titik jalan buntu. Bagaimana jalan yang telah di lalui oleh Pak Kussairi hingga masih bertahan sampai saat ini?

Kehidupan Pak Kussairi sebelum menjadi pengusaha pabrik tempe sangat menarik. Dia di lahirkan oleh keluaga yang biasa-biasa saja, anak ke tiga dari lima bersaudara. Pak Kussairi sering di remehkan oleh sodara-sodaranya karna tidak mempunyai keahlian apapun. Pak Kussairi terus berusaha dari mulai kursus elektronik dan mencari pekerjaan serabutan. berharap dia akan sukses seperti tiga sodara-sodaranya.

Sampai saatnya Pak Kussairi bertemu dengan seorang wanita yang membuatnya terpikat. Wanita itu terlahir dari keluarga yang sangat berada. Saat Pak Kussairi mengetahui kakak wanita itu bekerja di kapal pesiar, angantuk memiliki semakin mustahil. Namun Pak kussairi terus berusaha memantaskan diri dan memikat wanita itu.

Ternyata wanita itu juga menyukai Pak Kussairi dan keluarganya juga menerima dengan apa adanya, merekapun menikah, Istri Pak Kussairi bernama Latifah. Keluaga istrinya sangat baik, kakak ipar Pak Kussairi membantunya agar bisa bekerja di kapal pesiar sepertinya. Semua persiapan berkas-berkas di batu oleh kakak iparnya. Anak pertama Pak Kussairi lahir, namun dia tetap tidak ada kabar keberangkatannya bekerja di kapal pesiar. Sesambi menunggu dia bekerja sebagai tukang servis alat-alat elekronik. Setahun berlalu istri Pak kussairi sudah mulai muak dengan penantian keberangkatan suaminya. istrinya membakar semua berkas dan menyuruh suaminya mencari pekerjaan  lainnya yang lebih memastikan. Pak Kussairi merasa malu terhadap mertuanya karna untuk makan ia harus menupang kepada mertuanya.

Sindiran dari sodara-sodara Pak Kussairi semakin pedas, karna keuangannya yang sangat kurang bahkan membelikan mainan untuk anak pertamanya saja tidak bisa. Ahirnya Pak kussairi terus memutar otaknya dan terus berusaha agar tak menyusahkan mertua dan sodara-sodara istrinya. Hingga ahirnya ia bertemu dengan tukang pembuat tempe saat melakukan pepergian. Selama perjalanan ia terus berbicang dengan tukang pembuat tempe tersebut ahirnya ia berpikir untuk belajar membuat tempe. Setelah mahir ia mulai mencari tempat untuk memproduksi tempe buatannya dan menjuwalnya ke pasar.

Hanya bermodal beberapa juta usahanya berhasil, semakin bulan permintaan jumlah tempe meningkat. Yang tadi hanya di kerjakan berdua dengan istrinya mulai meminta bantuan adik iparnya yang mana seorang single parent. Omset semakin naik dari bulan-bulan sebelumnya, saat pasar sedang rame, pesanan juga banyak omset bisa mencapai tiga juta rupiah perhari dan pemasarannya hanya di lakukan di pasar besar yang ada di Bangkalan. Kebanyakan costomernya membeli untuk di jual kembali. Dua belas tahun berlalu karna merasa kewalahan dan usia Pak Kussairi tidak muda lagi anak pertama pak kussairi menyarankan agar beliau berhenti memprodukdi sendiri. Menyarankan untuk mencari karyawan dan tugas Pak Kussairi hanya menjuwalnya di pasar. Pak Kussairi menerima saran anakya dan omset penjuwalannya semakin bertambah tingggi, terkadang ia dan karyawannya kewalahan dengan pesanan yang makin hari makin bertambah apalagi saat mendekati hari raya, hal ini membuat Pak Kussairi menmbah karyawan lagi samapi saat ini sudah ada 6 karyawan yang dia pekerjakan. Usahanya tetap bertahan sampai saat ini, di karnakan ia  terus mempertahankan cara pembuatan dan bahan sesuai takaran tampa menngurangi meski harga bahan-bahan naik.

Pak Kussaairi mempunyai tiga anak, anak pertamanya hanya lulusan SMK namun sudah bekerja di kapal pesiar mewujudkan tujuan awalnya untuk berkerja di kapal pesiar, anak keduanya sudah lulus kuliah kebidanan dan sekatang sedang bekerja di salah satu puskesmas yang ada di Bangkalan, anak ketiganya sedang menjalani pendidikan di Universitas Islam Malang. Itu semua hasil dari penjuwalan tempe dan Pak Kussairi juga memberangkatkan mertua dan adik iparnya ibadah umroh dari hasil penjuwalan tempenya.

Kini Pak Kussairi telah mempunyai rumah sendiri dan tiap bulan rutin mengirimi uang bulanan kepada mertuaya. Sodara-sodara Pak Kussairi yang meremehkan dan menghina keluarganya sekarang tak lagi melalukan hal itu. Bahkan sekarang Pak Kussairi di puji-puji, tak senggan di mintai pertolongan oleh sodaranya karna beberapa dari mereka ada yang telah bangkrut tak punya apapun. Pak Kussairi membantu mereka seperti tak pernah terjadi apapun di kehidupan sebelumnya. Pak Kussairi mengatakan “Jangan pernah dendam terhadap siapupun, tetap wibawa meski kau mempunyai segalanya dan slalu tolong orang yang membutuhkan pertolongan kita”. Hal inilah yang membuat kesuksesan Pak Kussairi bertahan sampai saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun