Mohon tunggu...
Tuwi Haydie
Tuwi Haydie Mohon Tunggu... -

Amatir yang terus belajar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Jauh di Bawah JJ Rizal, pun Sebaliknya

1 Maret 2016   10:47 Diperbarui: 14 April 2016   00:25 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompas edit"][/caption]Sebaiknya apabila saya hendak menganalisa dan membandingkan tidak bisa hanya appeal to appeal, Ahok Gubernur DKI Jakarta (baca : pemimpin ) dan JJ Rizal seorang sejarawan yang mengkhususkan untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya (baca : Jabodetabek) dan haruslah kita melihat dua sisi kepentingan, sebelum jauh kita melihat kepentingan yang saya maksud, sedikit saya sertakan profil keduanya.

Basuki Tjahaya Purnama(Ahok) kini tokoh politik yang menjadi Gubernur DKI Jakarta adalah kelahiran Bangka Belitung dan baru menginjak DKI Jakarta setelah menyelesaikan sekolah menengah, kemudian melanjutkan di Jakarta hingga mendapat gelar insinyur geologi (mineral) lalu kembali lagi ke Belitung, berwiraswasta (kontraktor pertambangan Timah.) dan mulai meniti karier politiknya. hingga kembali mengantarkan Ahok kembali ke DKI Jakarta untuk duduk di parlemen (dari Golkar) setelah bergabung dengan Gerindra melanjutkan duet dengan Jokowi (PDIP) memenangkan Pilkada DKI Jakarta.

Kemudian JJ Rizal, kelahiran Jakarta (asli Betawi) setelah melewati sekolah menengah atas, meneruskan kuliah dengan jurusan Sejarah pada fakultas sastra Universitas Indonesia. setelah tamat kuliah, JJ Rizal mendirikan Komunitas Bambu (penerbitan). Selain sebagai editor buku, Rizal juga mengirimkan tulisan ke berbagai majalah dan harian nasional yang utama adalah menjadi kolomnis sejarah Batavia-Betawi-Jakarta di sebuah majalah Internasional yang berpusat di Belanda, MOESSON Het Indisch Maandblad di Belanda.

Pada 2009 JJ Rizal mendapat Anugerah Budaya Gubernur DKI Jakarta. dan yang fenomenal adalah tulisanya tentang Junghuhn di National Geographic Indonesia tersebut terpilih sebagai “ The Best International 2010 ' oleh National Geographic International Magazine. lalu pada 2011, ia mendapat Jakarta Book Awards IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Jakarta sebab dianggap telah “share knowledge and change lives through books”

Di sisi mana kita akan membandingkan atau akan menganalisa, jika keduanya memiliki jurang pemisah dalam karier atau profesi.seperti yang saya sebut di atas bahwa keduanya, baik Ahok maupun rizal sama-sama mempunyai kepentingan, jika kepentingan Ahok adalah memimpin DKI Jakarta dengan serba ingin bersih (melupakan budaya, sosial dan histor) karena Ahok seorang politisi dan juga Gubernur, tidak dengan JJ Rizal yang notabene adalah sejarawan (peneliti sejarah)

Di sinilah letak pengamat salah, atau keliru memberikan analisanya. seorang sejarawan tentu melihat keterkaitan histori dalam memberikan kritik, karena memang profesi JJ Rizal adalah sejarawan, cuitan JJ Rizal untuk memberikan kritik terhadap DKI Jakarta tidak di lakukan hanya di masa pemerintahan Ahok. sudah sejak era Fauzi Bowo JJ Rizal sudah mengkritik, saya ingin mengatakan semua Gubernur merasakan kritikan JJ Rizal. dan untuk DKI Jakarta saya harus memberikan apresiasinya, karena sekali lagi memang JJ Rizal seorang sejarawan yang mengkhususkan wilayah Jabodetabek.

Untuk kepemimpinan DKI Jakarta jelas JJ Rizal di bawah Ahok, ( baca : secara politik memimpin provinsi ) karena ahok kini seorang Gubernur, namun jika soal sejarah, Ahok pun jauh di bawah JJ Rizal. ini dua profesi yang sangat jauh berbeda, yang masing-masing mempunyai kepentingan terkait sebuah pekerjaan.( profesi )

Dalam setiap seminar sejarah dan kebudayaan tentang DKI Jakarta di manapun di adakan bukan Ahok yang di hadirkan sebagai pembicara utama, yang kerap di hadirkan adalah JJ Rizal dan Anhar Gonggong, di sini karena profesi Ahok adalah seorang Gubernur. bukan sejarawan, demikian juga untuk seminar kepemerintahan, bukan JJ Rizal yang menjadi pembicara utama (walaupun JJ Rizal sering di hadirkan,untuk sumbang saran tentang sisi sejarah dan budayanya).

Dalam satu kesempatan alm Ali Sadikin pernah mengatakan 'eloknya membangun kota tanpa melupakan sejarah dan budaya," yang saya pahami adalah, apabila menertibkan atau menata suatu kota tersebut dengan mengkolaborasikan sejarah dan budaya, maka yang terjadi adalah keindahan, ketentraman serta minim kritik dan konflik,( tidak membuat sakit hati orang,) dan hemat saya kenapa tidak apabila sesekali Ahok menghadirkan JJ Rizal untuk sumbang saran menata DKI Jakarta, di sinilah egoisme kita sebagai manusia teruji,

you're the right person in your profession, and I was the right person in my profession.

Sebuah pendapat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun