Mohon tunggu...
ManG JIMs
ManG JIMs Mohon Tunggu... Lainnya - orang desa

Change world with love

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menulis dan Asal Tulis

17 Oktober 2010   10:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:22 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya tertarik dengan ungkapan di profil sang admin Pepih Nugraha, ia menuliskan kalimat " ..... Percaya bahwa social media pada akhirnya akan berjalan sejajar dengan media arus utama." Kalimat itu, mengingatkan pada buku Utopia karya Wiratmo Sukito. Tentu sebuah cita-cita haruslah setinggi mungkin, para peziarah mengatakannya, gantungkan cita-citamu setinggi langit.

Sosial media atau mungkin disebut cyber media dewasa ini menjadi daya tarik luar biasa. Hampir setiap orang yang melek internet pasti menggunakan media ini sebagai lahan eksperimen. Rupa-rupa eksperimen yang disampaikan. Apakah bentuk essey politik, ekonomi, budaya, news maupun sekedar untuk fun.

Toh semuanya tidak salah. Semuanya juga tidak selalu benar. Pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Begitu pun "Kompasiana". Meminjam istilah kang pepih, ia bisa disapa para "kompasianer" telah berharap banyak. Bahkan bisa saja menjadi sebuah utopis baru, andaikan tidak didukung printi lunak maupun kerasnya.

Minimal sumber daya manusia (SDM) yang menjadi penghuni blog keroyokan ini. Jika harapan dan kepercayaannya bahwa sosial media menjadi setara dengan media meanstream. Tentu media yg dihasilkan berusaha untuk menyejajarkan diri, bukan sebaliknya. Persoalannya, bagaimana raihan angan-angan itu menjadi kenyataan?

Tentunya banyak sekali faktor pendukung. Baik dari aspek piranti IT, maupun SDM pengelola dan yang dikelolanya. Apakah misi, visi ini pun dapat tercapai, sebulan, dua bulan, setahun, dua tahun atau lima dan sepuluh tahun? Apakah semuanya sudah mendukung dan memahami tujuan dari bangunan blog sosial ini oleh semua pihak?

Jika ya, maka semuanya akan berkemas membenahi diri. Membenahi SDM yang tersedia, baik dari skill maupun wawasannya. Bisa juga pola pandang atau pola pikir penghuninya harus diubah, supaya arahan dan angan-angan itu dapat terealisasi.

Jika merunut pelbagai pelatihan yang dilakukan tim kreator Kompasiana, jelas mengarah ke pembinaan SDM. Tapi sepertinya tidak bisa dilakukan secara instan. Mungin saja banyak pengguna Kompasiana yang hilir mudik setiap hari. Bisa pula setiap hari menulis dan asal tulis. Bisa pula hanya buang hajat dan setelah itu pergi.

Melihat dari proses ini, kemungkinan sementara menyerahkan pada proses alamiah. Sebuah proses yang diserahkan kepada penghuninya. Meminjam istilah Kompasianer "yang penting jangan membuat keributan. namanya juga tempat kos-an". Aha ..... andaikan jargon itu tetap menjadi pedoman yang tidak bisa di rubah, cita-cita kang pepih sulit terlaksana.

Minimalnya Kompasiana sama dengan Kompas.com adalah sangat sulit. Lalu bagaimana hendak menyamai media meanstream, misalnya mbahnya Kompasiana, Kompas Cetak?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun