Mohon tunggu...
HAFIDH MAULANA
HAFIDH MAULANA Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati Masalah Kesehatan Masyarakat

Alumnus Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksinasi Covid untuk Kader Peduli TBC

31 Maret 2021   11:35 Diperbarui: 31 Maret 2021   11:39 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pemerintah telah memulai vaksinasi COVID-19 tahap kedua untuk lansia dan petugas pelayanan publik. Total sasaran tahap kedua adalah 38.513.446 orang mencakup petugas pelayanan publik dan lansia. Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, kelompok masyarakat dalam tahap kedua ini merupakan masyarakat yang memiliki interaksi dan mobilitas yang tinggi sehingga sangat rentan terhadap virus COVID-19. Namun sayangnya, kader kesehatan termasuk kader peduli TBC belum masuk dalam daftar penerima vaksin tersebut. Mengingat kontribusi mereka saat ini dalam penanggulangan TBC, semestinya pemerintah mempertimbangkan kader peduli TBC sebagai salah satu prioritas penerima vaksin COVID-19.

Sesuai komitmen Wakil Presiden RI pada peringatan Hari TBC Sedunia 24 Maret 2021, penanggulangan TBC tidak boleh surut di masa pandemi COVID-19. Hal ini didasari fakta pada tahun 2020 penemuan dan pengobatan kasus TBC di Indonesia belum mencapai target karena hanya mencapai 42%. Capaian tersebut lebih rendah dari penemuan kasus tahun 2019 yang telah mencapai 64,5%. Rendahnya capaian tersebut salah satunya disebabkan oleh menurunnya keterlibatan masyarakat dalam hal ini kader peduli TBC dalam melakukan penemuan kasus TBC di wilayahnya.  

Pada masa pandemi COVID-19, pergerakan kader TBC sebagian besar terhenti. Menurut survei Kemenkes RI, sebanyak 65% kader peduli TBC telah berhenti melakukan pelacakan kontak erat dan 47% kader berhenti melakukan penyuluhan TBC di lingkungan masyarakat. Bukan tanpa alasan, mereka menghentikan aktivitas karena khawatir tertular COVID-19. Mereka lebih memilih mengurangi aktivitas mereka hingga pandemi COVID-19 berakhir.

Menunggu pandemi berakhir tentunya bertentangan dengan strategi penanggulangan TBC di masa pandemi COVID.  Sebagaimana penyakit menular yang lain, pencegahan dan pengendalian TBC dimulai dari penemuan kasus sebanyak-banyaknya. Jika telah ditemukan, kasus yang merupakan sumber penularan bisa segera diobati dan diisolasi agar tidak menularkan ke orang lain. Selama ini, penemuan aktif terhadap kasus TBC ditopang oleh kinerja kader peduli TBC di setiap desa.

Permenkes 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis telah menyinggung peran kader kesehatan yang begitu penting dalam keberhasilan penanggulangan TBC.  Kader peduli TBC berperan dalam Komunikasi Infomasi dan Edukasi (KIE), pelacakan kontak erat, penemuan dan pendampingan terduga TBC, hingga menjadi Pengawas Menelan Obat (PMO) bagi pasien TBC.  Selain itu, kader juga berkontribusi dalam menghilangkan persepsi negatif masyarakat yang dapat menghambat program pengendalian penyakit TBC.

Selama ini puskesmas sangat terbantu dengan kinerja kader dalam penanggulangan TBC di wilayahnya. Kolaborasi puskesmas dengan kader peduli TBC sejak lama telah terjalin dengan baik. Hal tersebut telah sesuai dgn salah satu prinsip dalam The End TB Strategy yang ditetapkan WHO sejak tahun 2015 yaitu pelibatan masyarakat dalam penanggulangan TBC. Lebih-lebih di masa pandemi, kader dapat dimaksimalkan untuk melacak kasus TBC di saat petugas pengelola program TBC di puskesmas banyak yang disibukkan oleh COVID-19.

Publikasi ilmiah Reviono, Sulaeman dan Murti (2013) mengungkap bahwa desa dengan partisipasi kader yang tinggi dapat lebih melampaui target penemuan kasus dibandingkan dengan partisipasi kader yang rendah. Dalam hal penyembuhan, Herce (2009) membuktikan bahwa partisipasi kader secara efektif dan maksimal dapat meningkatkan angka rata-rata penyembuhan penyakit TB hingga 80%.

Melindungi Kader Peduli TBC

Kontribusi besar kader peduli TBC membuat pemerintah pusat dan daerah memberikan berbagai sarana termasuk APD bahkan dukungan finansial untuk mempertahankan kerja mereka. Namun dalam masa pandemi COVID-19, dukungan tersebut belumlah cukup untuk membuat mereka terus bergerak.

Pemerintah perlu segera mencari solusi agar kader TBC segera aktif kembali namun tetap aman dari penularan COVID-19. Salah satu bentuk perlindungan yang perlu segera diupayakan adalah vaksinasi COVID-19 untuk kader TBC. Vaksinasi COVID-19 dibutuhkan karena aktivitas kader TBC dalam penemuan kasus dan investigasi kontak sering kali membuat mereka harus berinteraksi langsung dengan masyarakat. Mereka tidak bisa memastikan apakah yang mereka hadapi adalah terduga TBC atau COVID-19 mengingat keduanya memiliki gejala yang mirip.

Atas pertimbangan tersebut, kader TBC yang menjadi ujung tombak upaya penanggulangan TBC semestinya juga masuk dalam kelompok prioritas penerima vaksin. Vaksin diyakini bisa mencegah gejala yang berat dan komplikasi ketika kader TBC tertular COVID-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun