Mohon tunggu...
Haura Khairunnisa
Haura Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Observer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Indonesia Terlalu Banyak Sampah Makanan, Kita Harus Apa?

7 Juni 2022   14:26 Diperbarui: 7 Juni 2022   14:38 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

“Kalau ga diabisin, nanti nasinya nangis”, ungkapan ini barangkali sering kita dengar saat kita berusaha untuk tidak menghabiskan sepiring makan pagi/siang/malam. Dari ungkapan tersebut membuat saya berpikir, mungkin yang menangis bukan nasi di piring, tetapi para petani, distributor, pedagang, dan ahli masak makanan yang berusaha menjaga kuantitas dan kualitas makanan agar sampai di tangan kita.

Berdasarkan data dari Barilla Center for Food and Nutritions pada tahun 2021, Indonesia adalah penghasil sampah makanan atau food waste terbanyak kedelapan di antara negara G20 yaitu tiap orang sebesar 121 kg/tahun yang didominasi oleh sampah rumah tangga yaitu sebesar 77 kg/tahun. 

Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2021 komposisi sampah terbesar Indonesia adalah sampah sisa makanan yaitu sebesar 27.78%. 

Sedangkan Global Hungry Index, menyatakan tahun 2021 rata-rata skor tingkat kelaparan Indonesia yaitu 18 poin dan masih diatas rata-rata tingkat kelaparan dunia yaitu 17,9poin. Menurut FAO, sampah makanan mengacu pada makanan yang dibuang dimana produk makanan tersebut masih aman dan bergizi atau layak untuk dikonsumsi oleh manusia.

Selain makanan tersebut terbuang sia-sia, sampah makanan juga menghasilkan gas metana dan karbondioksida yang memberikan efek buruk terhadap lapisan ozon kita. Menanggapi hal tersebut kira-kira beberapa cara berikut dapat membantu kita untuk mengurangi sampah makanan:

Kenali porsimu, biasanya saat kita lapar kita ingin makan dengan porsi yang banyak, tetapi di tengah jalan kita sudah kekenyangan. Kuncinya, sabar, kita perlu mengambil porsi yang sekiranya cukup untuk kita, kalau masih dirasa kurang, silakan ambil seporsi lagi. Hal ini dapat membantu agar porsi makan kita tidak berlebihan.

Bungkus!, lagi makan di luar, eh! porsinya kebanyakan. Kalau lagi makan di luar rumah, kita punya keterbatasan untuk mengetahui seberapa porsi makanan yang disajikan, kalau porsinya berlebih jangan sungkan untuk meminta makanan dibungkus agar dapat dibawa pulang, daripada terbuang, kita bisa memakan lagi makanan tersebut di rumah,

Lihat tanggal kadaluwarsa, sebelum membeli produk makanan kita perlu mengecek tanggal kadaluwarsa, karena kita dapat mengetahui kapan seharusnya kita menghabiskan produk makanan itu, sebelum produk berjamur atau tidak layak konsumsi.

Ugly fruit? No problem!, biasanya, kita kurang menyukai mengonsumsi buah-buahan yang bentuknya sudah tidak bagus, padahal kandungan gizi buah tersebut ternyata masih bagus dan layak dikonsumsi. Sebelum buah tersebut busuk, jangan sungkan untuk menghabiskan buahnya atau kita bisa mengolah buah tersebut jadi makanan yang lain.

Berbagi dengan yang lain, makanan berlebih dan kita sudah tidak sanggup untuk menghabiskan, kita sangat diperbolehkan untuk berbagi makanan tersebut ke orang-orang yang membutuhkan makanan. Kemungkinan dengan dengan berbagi makanan ke orang lain, kita jadi makin semangat untuk memasak lebih agar dapat dibagikan ke mereka (lagi).

Nah, diatas sedikit info dari saya tentang kondisi food waste atau sampah makanan dan beberapa cara mengatasi hal tersebut. Semoga kita bisa lebih menghargai para petani, pedagang, dan ahli masak yang sudah bersusah payah mempertahankan produk pangan agar sampai ke kita dengan baik dengan cara tidak membuang makanan. Sekian dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun