Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Bait Keraguan

21 November 2017   16:51 Diperbarui: 21 November 2017   17:09 6590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Percayalah, ucapan ini tercipta dari keterhimpitan yang begitu sakit

Pikiran ingin keluar dari keterdesakan yang amat menyesak

Tapi kebuntuan justru lebih dekat dan mencekak

Siapakah yang mampu berdiri lebih tegak di pusaran badai

Saat ombak-ombak mengunung dan tergulung sebelum akhirnya kembali ke dasar palung

Suara-suara rintih menggema perih di tiang-tiang harapan akan akhir dari kesusahan

Bertumpu di pusaran doa-doa dan kekuatan bahwa hidup selalu memilih banyak persimpangan

Tak perlu menelan heran, ketika pertanyaan lebih sering bertambah ketimbang jawaban

Ketika ucap kerap tertawan di bawah rupa yang memang menawan

Makin berat ia melawan, makin sering diri bersimbah godaan

Seperti tegak di tepian, adakah takdir berkubang di kesanggupan menanggung beban yang enggan sirna pada ingatan terakhir ujian akan kesetiaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun