Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Manusia Ingin-ingin

16 September 2017   13:42 Diperbarui: 16 September 2017   13:49 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dok.pribadi

Kawan... Mungkin dia terlalu gegabah memutuskan bahwa ia butuh perlindungan. 

Mungkin dia sedang tertekan ketika ia percaya bahwa kita adalah orang-orang yang sanggup membelanya. 

Mungkin dia sedang kesepian ketika ia meyakini bahwa kita mencintainya sepenuh jiwa.

Mungkin dia sedang takut disaat ia menginginkan musuh-musuhnya ditangkap. 

Mungkin dia sedang tersudut ketika meminta kita membuat perayaan-perayaan.

Kawan... Jika kau butuh uang, dia akan memberimu sebanyak yang kau mau. Tapi kau mesti bersedia melepas seluruh jalan hidupmu demi dia. Jika kau butuh makan, dia akan menyuapimu sekehendak engkau membela kepentingannya. Tapi, dia tak sanggup memberimu hidup, kau dianggapnya bukan makhluk. 

Jika dia ingin main, kau dimatanya serupa boneka. Jika dia ingin berak, kau dianggapnya jamban. Jika dia ingin kaya, kau dibuatnya serupa mata uang. Jika dia ingin tertawa, kau dibayangkannya ibarat badut. Jika dia ingin marah, kau dipandangnya selayak musuh. Jika dia ingin berkuasa, kau disebutnya budak. Jika dia terbuai birahi, kau dipikirnya adalah pelacur. Jika dia bicara tentang Tuhan, kau ditatapnya bagai pendosa. 

Kawan... Kau adalah "keinginan-keinginannya". Kau terus berputar di lingkar kata dan tingkah yang diciptanya. Kau terus berpikir di alur mimpi yang datang dalam lelapnya. Kau merasa telah mencecap hidup dan pengetahuan yang utuh tentang dunia dan isinya, padahal kau hanya sedang menatap tubuh yang tiada bedanya dengan sosokmu. 

Kawan...  Sebanyak apa prasangka baikmu terhadapnya? Sekuat apa kau melempar pikiran burukmu kepadanya? Kau sedang bertengkar dengan keraguanmu sendiri, antara apa yang menjadi cita dan jalan hidupmu, antara apa yang terus dijejalkannya pada akalmu. 

Kawan...  Kadang kau mengeluh, tapi ketahuilah dia akan selamanya begitu, kepergianmu tidak menanggalkan secuilpun keangkuhannya, karena baginya akan datang jutaan manusia-manusia yang bersedia menjadi wadah atas seluruh "keinginan-keinginannya".

Dia bernama "Manusia Ingin-Ingin"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun