Lagi-lagi pagi datang cepat sekali
Mengetuk dua kelopak mata untuk terbuka
Menampakkan dua bola mata dengan serat-serat merah aliran darah
Pertanda bahwa raga tak pernah singgah begitu lama diatas ranjangnya.
Amplop-amplop coklat berisi daftar riwayat hidupnya kembali ia bawa untuk dijajakan kemana-mana.
Digantungkannya harapan yang tebal pada seutas tali tipis bernama kesempatan
Tak lebih kejam dari mimpinya tentang masa depan yang ditakutkan menjadi suram
Roda kehidupan berputar, kadang diatas kadang dibawah demikian kata orang-orang disekitar
Tuhan maha penyayang kata teman religius berkaos hitam
Tapi apa?
Mana?
Tak ada yang berputar, padahal begitu keras ia mengayuh roda kehidupan dan iapun tak merasa disayang padahal doanya tulus dan panjang.
Dua puluh empat jam.
Yang ia rasakan hanya waktu untuk bercengkrama lebih lama dengan iri dan gusar.