Mohon tunggu...
Yar Agoestian
Yar Agoestian Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary man.

Kadang suka nulis sambil rebahan. Apa yang tertulis terkadang adalah sebuah opini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Anestesia

17 Juni 2020   17:09 Diperbarui: 17 Juni 2020   16:59 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anestesia

Ditumpukan tumpukan kata itu ada yang masih begitu tebal tertulis
Nama, tempat, tanggal, hari, aku dan kau.
Bergaris bawah menjadi hal paling teoritis kala dibaca berulang ulang.

Menapaki jalan berdua yang kini berubah jadi hisapan jempol belaka
Menyisakan satu pejalan kaki
Diliputi selembar rasa yang tak bisa diterjemahkan lagi maknanya
Melirik pada logika yang tak pernah menjadi baik-baik saja

Sebagian tertinggal disana
Sebagian ku peluk sebagai pengingat lekuk indahnya asmara
Meski kerap kali memperlambat denyut nadi
Menghilangkan sadar yang membuatku membungkuk
Bertekuk lutut dihadapan cerita yang pernah kita upayakan berdua.

Yang bisa aku lakukan hanya berupaya menyuntikan anestesi ketubuh
Mematikan pusat rasa sakit yang bergumpal menjelma sosok mu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun