Mohon tunggu...
Hastoro Yudha
Hastoro Yudha Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi :membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hari Raya Kesaktian Pancasila: Perayaan Kemenangan ataukah Pengenangan Duka Lara

11 September 2022   20:41 Diperbarui: 11 September 2022   20:48 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap tahun negara kita pasti merayakan berbagai macam peringatan Nasional, seperti Kemerdekaan, Kelahiran Pancasila, Hari Pahlawan, Kesaktian Pancasila dan berbagai macam peringatan Nasional lainnya. Setiap peringatan ini dibuat untuk mengenang berbagai macam peristiwa yang terjadi di masa lalu. Terutama yang berkaitan erat dengan sejarah bangsa Indonesia.

Salah Satu Peringatan Nasional itu adalah Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang peristiwa pembunuhan 6 jendral dan 1 perwira TNI AD yang dibunuh oleh PKI demi mempertahankan ideologi bangsa ini yaitu Pancasila.

Namun apakah hanya sebatas itu saja? Tidakkah ada masalah yang lebih serius yang patut kita kenang? Terutama sebagai buntut dari peristiwa ini yang menjadi masalah kemanusian terbesar di Indonesia.

Hari Raya Kesaktian Pancasila ? 

Dalam buku sejarah dikatakan bahwa hari kesakitan pancasila sengaja dibuat untuk mengenang peristiwa coup 30 september oleh PKI. Itulah yang selalu dikoarkan oleh pemerintah orde baru dan terbawa hingga saat ini. Tetapi dibalik itu semua peringatan ini, sebenarnya  dipakai sebagai peringatan kemenangan dan jalan legitimasi kekuasaan oleh orde baru. Hal ini dapat terlihat melalui pemutaran film G30S/PKI karya sutradara Arifin C Noer setiap tahunnya dan masih terus berlangsung hingga saat ini. Dimana dalam film ini Mayjen Soeharto, digambarkan berhasil menumpas coup  yang dipimpin oleh PKI dengan sangat baik.

Selain itu peringatan ini juga dipakai sebagai cara propaganda orde baru untuk menyingkirkan PKI, golongan kiri serta para pendukung soekarno, dan juga sebagai jalan pembenaran dari peristiwa pembantaian, penculikan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Soeharto ketika menjabat sebagai Panglima Pemulihan Keamanan sebagai buntut dari peristiwa ini. Seolah-olah bahwa hal itu memang pantas dilakukan karena PKI telah berlaku kejam kepada para pahlawan nasional Indonesia.

Bila dilihat, semua orang yang dibantai, dihukum dan sebagainya itu hanya sebatas didakwa terlibat dalam pemberontakan, maupun dituduh sebagai anggota  PKI. Dalam hal ini pula para anggota serta para pendukung PKI juga dianggap bersalah karena disebutkan bahwa PKI ikut memberontak. Ini semua dilakukan tanpa bukti yang jelas dan tanpa melalui peradilan mereka semua langsung dijatuhi hukuman. Padahal belum tentu orang-orang yang dituduh PKI maupun anggota PKI serta yang berafiliasi dengannya benar-benar ikut serta dalam peristiwa pemberontakan tersebut.

Ini menujukan bahwa pada awalnya peringatan ini diadakan sebagai jalan pembenaran atas apa yang telah dilakukan dan juga sebagai bentuk untuk penghapusan peristiwa sejarah kelam bangsa ini.

Namun setelah orde baru tumbang apakah peringatan inipun akan tetap bermakan sama? ataukah akan terjadi perubahan ?

Pelanggaran Hak Asasi Manusia dan Pengakuan Pemerintah 

Sudah 24 tahun sejak orde baru taumbang dan sudah 57 tahun sejak peristiwa ini berlangsung. Namun sampai saat ini pemerintah masih belum mau mengakui bahwa pernah terjadi suatu kekejaman di masa lalu yang dilakukan oleh pemerintah dan bangsa ini.

Padahal bila terus begini kedepannya peristiwa kelam bangsa ini hanya akan menjadi sebatas cerita dan menghilang bagaikan abu. Tanpa ada yang pernah mengingatnya kembali. Sebab dalam buku-buku pelajaran disekolah maupun buku-buku sejarah, hanya dipaparkan mengenai peristiwa pembunuhan 6 jendral dan 1 perwira TNI AD. Tidak ada dalam buku itu dikatakan bahwa penah terjadi suatu kekejaman besar yang telah dilakukan oleh bangsa ini sebagai buntut dari peristiwa G30S/PKI.

Bila hal ini tidak dilakuakn maka, dikemudia hari kemungkina peristiwa ini akan terulang kembali. Sehingga sudah sewajarnya bila saat ini pemerintah dengan rendah hati mau mengakui dan melakukan rekonsiliasi terhadap korban maupun para keluarganya. Sebab pastilah sulit untuk menjerat dan menghukum para pelaku. Maka dari itu lebih baik pemerintah mengakui dan mengingat peristiwa ini sebagai masa gelap kemanusian bangsa ini. Maka dengan begitu sejarah kelam ini tetap ada dan tidak terlupakan.

Sebab sampai kapankah bangsa ini akan terus menyangkal sejarah ?

Memakanai Hari Kesaktian Pancasila 

Pengenangan dan peringatan sejarah kelam bangsa ini dapat dilakukan dengan cara, pertama-tama mengubah makna dari hari peringatan  kesaktian Pancasila itu sendiri. Peringatan ini diperingati bukan lagi hanya sekedar  peristiwa untuk mempertahankan Pancasila sebagai falsafah dasar negara tetapi juga mengingat bahwa pernah terjadi peristiwa genosida dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh pemerintah di masa lalu. Selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan membeberkan setiap fakta yang ada sercara objektif. Terutama menganai peradilan-peradilan maupun hasil investigasi seperti berkas-berkas dari peradilan Mahkamah Militer Luar Biasa yang pernah dilaksanakan untuk mengadili para terdakwa pemeberontakan.

Selain itu pula kita sebagai bangsa dapat meniru negara Korea Selatan. Hal ini dikarenakan Korea Selatan tidaklah melupakan sekarah kelam bangsanya. Terutama mengenai peristiwa revolusi besar di Korea Selatan. Pemerintah mereka mau dengan rendah hati mengakui dan meminta maaf atas peristiwa itu.

Memang tidaklah mudah untuk mau mengubah semua ini sebab pastilah banyak orang yang tidak akan percaya atau meragukannya. Sebab stigma terhadap PKI memanglah sudah tertanam buruk di dalam hati masyarakat. Tetapi bila pemerintah sudah mau memulainya maka sedikit demi sedikit pastilah presepsi dari masyarkat akan berubah dikemudian hari.

Pada akhirnya Peringatan hari kesaktian pancasila jangan hanya dimaknai sebagai hari untuk mempertahankan pancasila itu sendiri. Sebab bila seperti ini seolah-olah kita  beranggapan bahwa peringatan ini sebagai sebuah peringatan kemenangan dan kepahlawanan. Padahal kenyatannya tidaklah seperti itu. Kita juga harus memaknai hari itu sebagai hari sejarah kelam bangsa ini.

Sebab bangsa yang melupakan sejarahnya sendiri adalah bangsa terburuk. Bila diibaratkan dalam pepatah itu bagaikan kaca lupa akan kulitnya. Sejarah bangsa itu tidaklah selalu mulus kita semua harus mau mengakui sisi buruk dan baik dari sejarah itu sebagai bagian dari perjalanan bangsa ini untuk membentuk dirinya.

Maka kapankah ini semua akan berubah? Hal ini tergantung mulai dari kapan bangsa ini mau mengakui setiap kegagalannnya menjadi bagian dari dirinya sendiri.

"JaS MeRah : Jangan sekali-kali melupakan sejarah." - Ir. Soekarno, Presiden RI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun