Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penculikan

15 Februari 2023   02:38 Diperbarui: 15 Februari 2023   02:43 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penculik/https://megapolitan.okezone.com

Di daerah Sempolan sedang gempar karena ini sudah kedua kalinya ada anak yang hilang. Sedangkan yang pertama saja belum ditemukan. Polisi sudah mengusut dan berusaha mencari tapi sampai sekarang belum diketahui. Warga sana mulai memasang CCTV agar paling tidak kalau ada apa-apa masih bisa dilihat dari CCTV. Lagi-lagi digemparkan ada penculikan lagi tapi di daerah lainnya. Jadi warga mulai takut, anak-anak dilarang berkeliaran di luar rumah, takut diculik. Suasana menjadi tak aman lagi karena pelakunya belum tertangkap. Banyak warga jadi selalu curiga kalau ada orang tak dikenal melintas di daerahnya atau para kurir paket jadi sasaran kecurigaan masarakat.

Berita tertangkapnya penculik begitu santer di daerah itu. Warga mulai harap-harap cemas apakah anaknya diketemukan. Dan warga dibuat kaget karena penculiknya adalah 2 orang anak. Bukan orang dewasa. Bagaimana bisa. Dan lebih kaget lagi anak-anak yang mereka culik ternyata sudah tak ada karena mereka ambil organnya dan dijual ke orang-orang yang bertindak sebagai penadah. 

Penadah ini menjual organ ke luar negeri. Warga marah, mereka menggeruduk kantor polisi ingin melihat anak-anak yang menculik. Kemarahan warga begitu besar sehingga saat mereka tahu anak-anak itu tinggal dimana, rumahnya hancur oleh warga yang marah. Orangtua yang ada di sana ditangkap warga dan menjadi bulan-bulanan.

            "Tolong , kami tak tahu apa-apa. Kami juga kaget." Begitulah orangtua mereka tak tahu menahu.

Semua orang membicarakan kejadian ini. baik di warung, kantor, rumah. Semua merasa kesal dengan kelakuan anak kecil yang sudah melakukan kejahatan bak orang dewasa. Bagaimana mereka melakukannya? Keke dan Rohim dua bocah kakak beradik yang direkrut oleh semacam kartel yang melakukan jual beli organ manusia ke luar negeri secara ilegal. Mereka dijanjikan untuk bisa sekolah lagi.Sebetulnya dua bocah ini tak tahu kalau anak-anak yang mereka bujuk untuk ikut itu bakal diambil organnya. 

Yang mereka tahu mereka disuruh mengajak anak-anak untuk datang ke rumah kartel itu. Menurut mereka orang-orang itu akan memberikan beasiswa bagi anak-anak gak mampu. Mereka mengajak anak-anak agar mereka bisa meneruskan sekolah mereka. Dan mereka gak tahu kalau anak-anak yang mereka ajak itu tak pernah kembali karena organ mereka sudah diambil. Mereka juga hanya diberikan uang jajan seperlunya tapi mereka memang sudah disugesti kalau mereka membantu anak-anak agar mereka bisa bersekolah lagi.

Keke dan Rohim tak menyangka kalau mereka terlibat penjualan organ manusia. Mereka sepanjang hari menangis karena mereka akhirnya tahu mereka akan dihukum karena ikut terlibat. Orang tua mereka hanya buruh kecil. Mereka tidak bisa menyewa pengacara agar anak mereka tidak dijerat dengan hukuman yang berat apalagi mereka sama sekali tak tahu menahu.

Dalam dinginnya sel penjara dua bocah ini sedih. Nasib mereka tetaplah sama . Masih jadi anak miskin dan kini mendekam di penjara. Harapan mereka dengan membantu mencarikan anak mereka bisa bersekolah lagi. Tapi kenyataannya ? Kini mereka hanya berharap hukuman ringan bagi mereka dan orang yang menyuruhnya dihukum berat. Tapi mereka belum diketemukan. Mereka berhasil lolos.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun