Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memberi Harapan

12 Maret 2021   02:24 Diperbarui: 12 Maret 2021   02:35 2111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://gerhanacoklat.wordpress.com

Ara memang monyet yang senang berpergian dari satu hutan ke hutan lainnya. Dia suka karena banyak pengalaman yang ia dapat juga teman akan semakin banyak. Setiap hutan punya keunikan sendiri. 

Dan dia selalu bisa beradaptasi dengan semua yang ia datangi. Dan Ara selalu diterima di semua hutan yang pernah ia kunjungi. Begitulah hidupnya nomaden. 

Dari satu hutan ke hutan yang lain. Tapi saat Ara bertemu dengan Septi monyet betina yang dari pandangan pertama sudah membuat jantung Ara berdebar-debar. Ara akhirnya memutuskan tinggal lama di sana. Ada monyet yang dia sayangi.

Akhirnya Septi bisa diraih Ara. Awalnya begitu sulit apalagi Septi adalah anak dari raja monyet di hutan itu. Tapi Ara bisa meyakinkan kalau dirinya pantas menjadi pasanagn Septi walau dia bukan keturunan raja. Dunia menjadi milik berdua. 

Cinta semakin bertumbuh, tapi entah mengapa Ara masih ada keraguan akan hubungan ini. Sudah berapa kali didesak ayah Septi untuk segera menikah tapi ada hal yang membuat dirinya ragu.

            "Mengapa kau tak melamar saja Septi. Semua ingin menikahinya, tapi kau yang dipilihnya,"tukas Rubo temannya

            "Entahlah ada keraguan dalam diriku."

            "Ragu apa, kau akan enak menjadi menantu raja. Punya kekuasaan, bisa mendapatkan makanan yang enak dan berlimpah. Rugi loh kalau kau tak menikahinya." 

Begitulah teman-temannya menyuruhnya untuk segera melamar sebelum ada monyet lain yang akan melamar Septi. Bagi Ara ayahnya Septi terlalu banyak mengatur, padahal Ara terbiasa hidup bebas dari satu hutan ke hutan yang lain. 

Apakah dia sanggup untuk hidu menetap dan dibatasi dengan campur tangan ayahnya Septi. Tapi itu bukan dirinya. Dirinya terbiasa bebas melakukan banyak hal. 

Ara pamitan untuk berkelana lagi, dia tak bisa dikekang . Walau akhirnya hubungan dengan Septi harus kandas , Ara tetap memilih kata hatinya untuk tetap pergi berkelana.

Tapi monyet di hutan itu marah pada Ara yang meninggalkan Septi diam-diam. Begitulah kabarnya. Padahal Ara sudah pamitan pada ayahnya, tapi ayahnya tak mengijinkan Ara membawa Septi. 

Gosip terus menyebar. Bahkan monyet di sana akan menangkap Ara kalau sampai berpapasan dengan mereka.  Ara bingung, dia tahu kabar itu akan sampai di hutan-hutan lainnya dia bakal gak diterima karena reputasinya buruk. 

Langkah kaki Ara berhenti. Dan dia menemukan gua kecil. Untuk sementara Ara diam di sana , sampai keadaan menjadi tenang. Ara tergeletak tak berdaya, ia mulai berhalusinasi. 

Sudah hampir 2 minggu dia tak makan, hanya diam di dalam gua. Sampai akhirnya ia ditemukan oleh monyet yang sedang mencari makanan. Dibawanya Ara ke kelompoknya. Ara dirawat oleh monyet betina yang begitu sabar merawatnya.

            "Makanlah, dan kembali istirahat. Kamu masih lemah,"tukas Rinta. Ara hanya mengangguk. Ara mulai menguping apakah gosip itu sudah sampai hutan ini belum. Kalau sudah dia harus segera pergi dari sini. Ara gak mau dia dibilang laki-laki tak jantan.

Sudah hampir sebulan Ara tinggal di hutan ini. tak ada gosip dalam hutan ini. Tapi jiwa petualang Ara timbul lagi. dia ingin mengembara lagi.

            "Kemana kau akan pergi?" tanya Rinta

            "Aku tak bisa menetap di suatu tempat, aku harus pergi menjelajah hutan." Ara tak mau memberi harapan lagi. Ara adalah monyet yang bebas, bebas menjelajah hutan sampai dirinya menemukan kedamaian di suatu tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun