Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cintamu Abadi

24 Januari 2020   02:31 Diperbarui: 24 Januari 2020   02:28 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : fimela.com

Suasana imlek setiap tahun selalu tampak ceria. Banyak mall yang memasang hiasan imlek, mulai dari lampion, bunga sakura plastik, gantungan  dan kuliner khas imlek. Dulu imlek perayaan yang aku paling suka. Kini imlek selalu mengingatkan aku pada Mei Lan. Imlek bagiku seperti kisah sedih yang tak permah usai. Selalu mengikuti kemanapun aku pergi. Tak pernah lepas.  Banyak kenangan pahit saat imlek yang begitu melukai perasaanku. Sampai aku malas pulang kembali ke kotaku. Aku pergi untuk melupakan kenangan di vihara dekat rumahku.

Sejak kecil aku sudah terbiasa dengan aktivitas vihara karena letaknya berdekatan dengan rumahku. Ayahku juga menjalin baik hubungan dengan vihara walau ayahku juga ketua dewan mesjid di tempat tinggalku. Sungguh kerukunan selalu terjalin. Sampai aku bertemu dan berkenalan dengan Mei Lan yang tiba-tiab saja sering datang ke vihara. 

Ternyata Mei Lan, masih saudara dengan pak Wijaya yang rumahnya di gang sebelah. Entah mengapa saat pertama kali menatapnya ada getaran yang aneh di dadaku. Raut wajah yang oriental itu begitu teduh .Entah keberanian dari mana asalnya aku mendekatinya setelah dia berdoa di vihara. Dan tali pertemanna aku dan Mei Lan menjadi akrab dan tak sadar mulai ada benih-benih cinta di antara aku dan dia.  Tapi kenyataan pahit menghadang aku dan Mei Lan. Hubungan kami tentunya tak disetuji kedua belah pihak. Hubunagn ini harus putus.

            "Sebaiknya aku kembali ke kampungku, walau di sana sudah tak ada keluargaku lagi. Ini memang jalan yang terbaik,"tukas Mei Lan.

            "Tapi apa cinta kita tak bisa menembus perbedaan?" tanyaku perlahan.

            "Kau lihat saja, tak bisa. Keluargamu dan keluargaku semua tak setuju walau kata mereka, mereka saling menghargai keyakinan masing-masing. Tapi ini jadi masalah lain." Mel Lan terdiam sesaat sebelum dia melanjutkan bicaranya.

            "Kau tahu, kali ini aku akan kehilangan lagi orang yang kucintai setelah mimpi buruk semua keluargaku dihabisi oleh orang jahat.Mungkin saat ini nasib baik belum mendekatiku." Rasanya hati ini meleleh , ingin aku menangis. Hanya pelukan yang erat yang memberikan ketenangan bersama.

            "Aku akan selalu mencintaimu," tukasku. Kupandagi lagi wajahnya untuk terakhir kali. Masih aku ingat perpisahan itu 5 tahun yang lalu saat perayaan imlek.

Imlek jadi momen yang selalu menyedihkan. Setiap imlek datang selalu ada duka dalam hatiku. Dan untuk menghilangkan rasa sakit ini, aku pergi jauh merantau.

Ternyata 5 tahun cintaku tak hilang. Masih terasa bunga-bunga asmara di hatiku saat aku membayangkan Mei Lan. Tapi apakah dia juga masih sama perasaannya dengan diriku. Aku harus cari tahu. Makanya aku datang kembali ke kampungku. Walau aku benci karena mamaku pasti menanyakan kapan aku membawa calon pasangan. Walau tubuhku sekarang semakin lemah.  Imlek kali ini aku ingin melihat kembali jejak-jeak cintaku. Viharanya masih seperti dulu.

Masih sepi karena hari ini masih sangat pagi. Hiasan lampion bergantungan di sana. Saat itu aku melihat bayang-bayang Mei Lan di ujung tangga dekat tempat doa. Aku  berlari tapi bayang-bayang itu hilang. Aku menoleh ke segala arah dan melihatnya lagi bayang-bayang itu mengarah ke rumah pak Wijaya. Degub jantung begitu kuat dan aku mendatangi rumah pak Wijaya karean tampak Mei Lan memasuki rumah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun