Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Panggung Sandiwara

12 Desember 2019   02:36 Diperbarui: 12 Desember 2019   02:35 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.kompasiana.com

Setiap lantun kata yang banyak terumbar dari bibir tebal penuh  bau asap rokok, kadang sama sekali tak punya makna,

Hanya sekedar simbol kalau mereka sudah rapat yang katanya untuk membela rakyat, tapi rakyat yang mana

Saat caci muka keluar dari mulut yang katanya dewan terhormat dengan berkacak pinggang , mereka seperti berkaca pada prilaku hewan, sungguh ironis

Mereka hanya  membuka gerbang untuk keselamatan dirinya dan kelompoknya tapi nuraninya sudah tertutup kerak yang sulit untuk dibersihkan lagi

Hanya itu yang mereka miliki, kepura-puraan

Tapi mereka menikmati setiap detik langkah mereka karena pundi-pundi kantong mereka semakin penuh

Entah uang darimana yang mereka raup yang penting pundi-pundi mereka penuh bahkan meluap

Igauan yang menodai hati nurani semua sudah tertutup dengan kepura-puraan yang akhirnya tak membuat mereka malu

Hanya berkaca jiwa pada meriahnya hingar bingar setelah menjadi orang kaya baru di bumi tempat dia berpijak

Hanya itu yang mereka miliki, kepura-puraan

Bernyanyilah duhai wakil rakyat, walau nyanyianmu begitu fals di telinga rakyat tapi nyanyianmu seakan tak mau berhenti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun