Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aroma Ikan Asin

12 Juli 2019   02:24 Diperbarui: 12 Juli 2019   02:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www.pixabay.com

Aku sudah tertidur pulas di teras rumah bu Irfan. Perutku terasa kenyang ditambah angin yang bertiup benar-benar sepoi-sepoi membuat mataku mulai mengantuk. Dan aku sudah tertidur pulas. Masih terbayang ikan asin di atas meja sudah aku santap , habis tuntas tak ada sisa sedikitpun. Sedari pagi hidungku mencium ibu menggoreng ikan asin. 

Baunya itu sangat menggugah selera. Tapi beberapa kali lewat meja makan, selalu ada saja yang duduk di sana. Mereka menikmati ikan asin dengan sambal tomat. Aku merasa ketakutan , jangan-jangan aku gak kebagian sedikitpun. Habis mereka begitu lahap makan pagi ini.

Akhirnya semua sudah pergi dari meja makan. Inilah kesempatan aku untuk memakan ikan asin itu.  Baunya masih tercium dari bawah. Aku melompat naik meja dan dengan kakiku aku mencoba membuka tudung saja. 

Saat terbuka sedikit tercium harumnya ikan asin. Perlahan dengan kakiku aku meraih ikan asin itu dan sedikit demi sedikit semua aku lahap. Perlahan  aku turun dan berlari ke teras depan. Duduk dengan perut kekenyangan. Pagi ini indah seindah hariku, pagi-pagi sudah bisa makan enak. Dan kini aku tertidur di depan teras. Beberapa penghuni rumah mulai pergi, tapi aku tak peduli lagi dengan mereka. Perutku sudah kenyang dan keset ini begitu hangat untukku tidur.

Tiba-tiba saja aku tersentak kaget saat terdengar suara ibu berteriak-teriak. Aku melihat jam dinding di rumah. Ternyata sudah jam 3 siang. Jadi aku tidur begitu lama . Dan penghuni rumahpun sudah kembali dari aktivitasnya. Aku mulai merengangkan tubuhku yang mulai pegal . Dan aku mau tahu ada apa ribut-ribut di dalam rumah.

            "Siapa yang makan ikan asin ini?" Tanya ibu. Anak-anak mereka saling pandang dan menggeleng-gelengkan kepala.

            "Tadi pagi masih ada bu,"tukas Bunga.

            "Coba lihat, ada gak?" teriak ibu.

            "Tapi bu, di rumah kan gak ada siapa-siapa, lalu kenapa ikannya bisa hilang ?"

            "Ada apa ribut-ribut sih,"tukas Dina  saat sampai di rumah.

            "Itu ikan asin ibu."

            "Ikan asin? Emang berita ikan asin itu sudah viral di sini ya?"

            "Emang viral kenapa kak? Emang viral karena hilang gitu?"

            "Bukan. itu loh artis yang nyebutin  bau ikan asin," Ibu melotot pada Dina. Ibu mulai beranjak ke dapur untuk menggoreng ikan asin lagi.

            "Aku tahu , gimana caranya tahu siapa yang ambil ikan asin,"tukas Bunga. Bunga mulai mencium-cium tubuh Dina. Begitu juga ibu dan ayah. Bunga mulai mencari lagi siapa yang bau ikan asin. Bunga melihat kucing yang ada di dekatnya. Bunga  mengangkat tubuhku. Aku senang. Sebentar lagi aku bakal disayang-sayang dan akan diberi ikan asin lagi. Bunga mencium-cium diriku.

            "Dia, dia yang curi ikana sin ibu,"teriak Bunga

            "Kok tahu,"tukas Dina.

            "Coba saja cium mulutnya." Dina mencium bau mulutku.

            "Betul bau ikan asin." Dina mulai melepaskan tubuhku dan membawa sapu lidi dan aku mulai diusir keluar rumah.  Bukan dari rumah saja, aku diusir keluar pagar rumah. Sepanjang malam aku menunggu pagar dibuka tapi sampai pagipun tak ada yang membukakan pintunya. Aku lunglai. Aku berjalan perlahan. Gara-gara mencuri ikan, aku kehilangan rumah. Kini aku menjadi kucing gelandangan dan harus mencari remah-remah di tong sampah. Kini aku menyesal, semua gara-gara ikan asin , kini aku menjadi kucing liar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun